Bahaya Salafi Wahabi Di Malaysia!!!

Bahaya Salafi Wahabi Di Malaysia!!!

Kitab ulama wahabi yang bukunya menjadi mata pelajaran  pokok dalam madrasah wahhabiyyah yaitu ” al-Hadiyyah as-Saniyyah wa at-Tuhfah al-Wahhabiyyah an-Najdiyyah “.

Kitab ini juga merupakan bukti ulama wahabi mengakui dan membanggakan laqob wahhabi kepada kelompok minoriti mereka ini.

Pengarangnya Sulaiman bin Sahman an-Najdi. Pada halaman 16 di kitab itu ia menuturkan sbegai berikut :

“ Barangsiapa yang menyeru seorang nabi atau wali atau selainnya dan dimintakan untuk menunaikan hajat serta menghilangkan kesusahan, maka ini adalah paling besarnya syirik yang telah Allah hukumi kafir dengannya kepada kaum muyrikin…..maka barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai wasilah / perantara atas dasar cara seperti ini, maka dia adalah kafir lagi musyrik yang halal darah dan hartanya “

HALAL DARAH SEMATA2 KR kitab ulama wahabi yang bukunya menjadi studi pokok dalam madrasah wahhabiyyah yaitu ” al-Hadiyyah as-Saniyyah wa at-Tuhfah al-Wahhabiyyah an-Najdiyyah “.
Kitab ini juga merupakan bukti ulama wahabi mengakui dan membanggakan laqob wahhabi kepada kelompok minoritas mereka ini.

Pengarangnya Sulaiman bin Sahman an-Najdi. Pada halaman 16 di kitab itu ia menuturkan berikut :

“ Barangsiapa yang menyeru seorang nabi atau wali atau selainnya dan dimintakan untuk menunaikan hajat serta menghilangkan kesusahan, maka ini adalah paling besarnya syirik yang telah Allah hukumi kafir dengannya kepada kaum muyrikin…..maka barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai wasilah / perantara atas dasar cara seperti ini, maka dia adalah kafir lagi musyrik yang halal darah dan hartanya “

HALAL DARAH SEMATA2 KRN BERTAWASUL, APA LAGI DLM PERKARA LAIN????    BAHAYA 1000x


(al-Hadiyyah as-Saniyyah wa at-Tuhfah al-wahhabiyyah an-Najdiyyah halaman : 60 baris ke 13. Terbitan al-Manaar tahun 1342 H, Mesir atas rekomen raja Abdul Aziz aal Saud)


Kitab ulama wahabi yang bukunya menjadi mata pelajaran pokok dalam madrasah wahhabiyyah yaitu ” al-Hadiyyah as-Saniyyah wa... at-Tuhfah al-Wahhabiyyah an-Najdiyyah “.

Kitab ini juga merupakan bukti ulama wahabi mengakui dan membanggakan laqob wahhabi kepada kelompok minoriti mereka ini.

Pengarangnya Sulaiman bin Sahman an-Najdi. Pada halaman 16 di kitab itu ia menuturkan sbegai berikut :

“ Barangsiapa yang menyeru seorang nabi atau wali atau selainnya dan dimintakan untuk menunaikan hajat serta menghilangkan kesusahan, maka ini adalah paling besarnya syirik yang telah Allah hukumi kafir dengannya kepada kaum muyrikin…..maka barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai wasilah / perantara atas dasar cara seperti ini, maka dia adalah kafir lagi musyrik yang halal darah dan hartanya “

HALAL DARAH SEMATA2 KR kitab ulama wahabi yang bukunya menjadi studi pokok dalam madrasah wahhabiyyah yaitu ” al-Hadiyyah as-Saniyyah wa at-Tuhfah al-Wahhabiyyah an-Najdiyyah “.
Kitab ini juga merupakan bukti ulama wahabi mengakui dan membanggakan laqob wahhabi kepada kelompok minoritas mereka ini.

Pengarangnya Sulaiman bin Sahman an-Najdi. Pada halaman 16 di kitab itu ia menuturkan berikut :

“ Barangsiapa yang menyeru seorang nabi atau wali atau selainnya dan dimintakan untuk menunaikan hajat serta menghilangkan kesusahan, maka ini adalah paling besarnya syirik yang telah Allah hukumi kafir dengannya kepada kaum muyrikin…..maka barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai wasilah / perantara atas dasar cara seperti ini, maka dia adalah kafir lagi musyrik yang halal darah dan hartanya “

HALAL DARAH SEMATA2 KRN BERTAWASUL, APA LAGI DLM PERKARA LAIN???? BAHAYA 1000x


(al-Hadiyyah as-Saniyyah wa at-Tuhfah al-wahhabiyyah an-Najdiyyah halaman : 60 baris ke 13. Terbitan al-Manaar tahun 1342 H, Mesir atas rekomen raja Abdul Aziz aal Saud

Dr. Ramadhan Al Bouti telah syahid

Gerakan Islam hari ini kehilangan tokoh agung. Saed Dr. Ramadhan Al Bouti telah syahid akibat pengebom berani mati sewaktu As-Syeikh sedang memberi kuliah di masjid di Damsyik, Syiria saat usianya 84 tahun.

Al Fatihah | Kehilangan Tokoh Agung |

22 Mac 2004 - Syahidnya Sheikh Ahmad Yaasin
22 Mac 2013 - Syahidnya Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buti.

Gerakan Islam hari ini kehilangan tokoh agung. Saed Dr. Ramadhan Al Bouti telah syahid akibat pengebom berani mati sewaktu As-Syeikh sedang memberi kuliah di ma...sjid di Damsyik, Syiria saat usianya 84 tahun.

Al Fatihah | Kehilangan Tokoh Agung |

22 Mac 2004 - Syahidnya Sheikh Ahmad Yaasin
22 Mac 2013 - Syahidnya Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buti

Wanita Muslim versus Wanita Barat

Wanita Muslim versus Wanita Barat
 
(Arrahmah.com) - Islam memposisikan wanita dengan begitu mulia, karena generasi gemilang akan lahir dari rahimnya. Dalam masa kebudayaan jahiliyah sebelum datangnya Islam, wanita dianggap sangat rendah dan hina bahkan tidak sedikit ketika lahir anak perempuan dikubur hidup-hidup. Mereka memandang wanita dengan sebelah mata, bahkan dianggap hina dan tidak berharga. Setelah datangnya Islam, terbukti wanita dapat menghirup udara bebas dan diberikan tugas kepadanya dalam membangun sebuah masyarakat yang berbudaya dan beradab.
Maka kita tidak heran bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya diskriminasi terhadap wanita, tidak ada tuntutan emansipasi wanita dan feminisme. Karena sejak pertama kali di wahyukannya agama Islam kemuka bumi, Islam selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita. Dan syariat Islam yang seperti ini tidak akan luntur di makan zaman, tak akan pernah berevolusi maupun revolusi.
Hal ini berbeda dengan budaya barat dewasa ini yang merupakan produk dari zaman yang akan selalu berubah dan bergeser karena kikisan sang waktu. Sedangkan Islam meletakkan antara pria dan wanita sesuai dengan kodrat masing-masing. Maka dari itu tidak ada alasan bagi kaum muslimin baik pria, wanita, tua, muda untuk menuntut lebih dari yang di gariskan oleh sang maha menetapkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah-lah yang maha mengetahui rahasia-rahasia di balik penciptaan mahluknya.
Bangsa barat dalam reformasi dan modernisasi, menuntut persamaan hak (emansipasi). Namun, konsep emansipasi itu sendiri yang semakin lama semakin tidak jelas, yang seharusnya emansipasi membebaskan wanita dari belenggu perbudakan, tetapi malah menjerumuskan wanita ke jurang perbudakan yang baru. Pada masyarakat kapitalis, wanita dieksploitasi dan menjadi komoditas yang dapat di perjual belikan kepada umum,lihat saja tayangan iklan-iklan di media informasi di sekeliling kita. Di dalam masyarakat yang bebas, wanita di didik budaya permisif yang lepas dari nilai-nilai normatif hanya untuk kepentingan industri. Di luar konsep Islam mereka menuntut kesamaan, kebebasan dan hak asasi manusia, padahal mereka malah mengabaikkan kodrat dan martabat wanita yang seharusnya dijunjung tinggi. Secara tidak langsung mereka menganggap bahwa Islam bersikap diskriminasi terhadap wanita. Padahal Islam menempatkan wanita tidak melebihi atas apa yang telah di gariskan dan dikodratkan sebagai wanita.
Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.” Persamaan yang dimaksudkan oleh Islam ini meliputi segala aspek, termasuk masalah hak dan kewajiban. Hal ini sangat dipahami oleh para wanita Islam dan oleh karenanya mereka pegang ajaran Islam dengan sangat kuat.
Tidak jarang ada pernyatraan dari ummat Islam berkata, “Jalan menuju kebangkitan sudah sangat jelas, yaitu dengan cara kita menempuh jalan yang telah ditempuh bangsa Eropa. Lalu, agar kita dapat berubah seperti mereka, maka segala apa yang ada pada mereka harus kita ambil. Pahit, manis, kebaikan, keburukan dan termasuk hal-hal yang disukai juga yang dibenci (Toha Husein, masa depan pengetahuan di Mesir)
Hancurnya Keluarga
Masalah selanjutnya bukan lagi hanya seputar masalah wanita dan hak-hak mereka saja. Akan tetapi, menjadi meluas dan melebar meliputi bagaimana membangun rumah tangga seperti cara dan gaya yang sesuai dengan peradaban Barat. Berkembanglah pemikiran bahwa membina rumah tangga tak perlu lagi memperhatikan aturan dan nilai-nilai. Peran “ibu” tak lagi menjadi tugas wanita saja. Peranan itu sebenarnya adalah tanggung jawab masyarakat. Bahkan, peran itu dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki.
Sebenarnya, di Eropa pemikiran dan ideologi ini melahirkan banyak permasalahan. Sebagai contoh di Perancis tercatat 53% anak-anak yang lahir tak memiliki bapak yang jelas. Di banyak negara Eropa semakin berkembang trend enggan mempunyai anak bahkan enggan untuk menikah. Hubungan laki-laki dan wanita sekadar hubungan seks bebas tanpa ada ikatan, tak ada aturan yang mengikat. Dan selanjutnya mereka menuntut agar dilegalkannya aborsi sebagai dampak langsung dari merebaknya budaya seks bebas.
Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas dengan sangat tajam. Pada tahun 1998 tingkat kriminalitas di Amerika mencapai angka yang sangat fantastis. Tindakan perkosaan terjadi setiap 6 menit, penembakan terjadi setiap 41 detik, pembunuhan setiap 31 menit. Dana yang dikeluarkan untuk menanggulangi tindakan kejahatan saat itu mencapai 700 juta dolar per tahun (angka ini belum termasuk kejahatan Narkoba). Angka ini sama dengan pemasukan tahunan (income) 120 negara dunia ketiga.
Kejahatan atas wanita
Merebaknya kejahatan memberikan bahaya tersendiri buat para wanita di Eropa. Hingga PBB pada 17 Desember 1999 mengeluarkan keputusan bahwa tanggal 25 November merupakan hari anti kekerasan pada wanita. Ada banyak fakta dan data yang seharusnya diperhatikan oleh mereka yang terbuai dengan Barat. Di Eropa dan Amerika pada setiap 15 detik terjadi kekerasan atas wanita. Belum lagi jika ditambah dengan aksi pemerkosaan setiap harinya. Sehingga Amerika tercatat sebagai negara tertinggi dalam hal kekerasan terhadap wanita. Menurut catatan UNICEF, 30% kekerasan pada wanita terjadi di Amerika dan 20% di Inggris.
Belum lagi kejahatan perbudakan yang terjadi di Amerika, CNN pernah menyiarkan laporan bahwa pada tahun 2002 jutaan anak-anak dan wanita dijual belikan di Amerika setiap tahunnya. Lebih dari 120 ribu wanita berasal dari Eropa Timur dan beberapa negara miskin lainnya dikirim ke Eropa untuk dipekerjakan sebagai budak seks. Lalu lebih dari 15 ribu wanita yang mayoritas berasal dari Meksiko dijual ke Amerika untuk dipekerjakan di komplek-komplek pelacuran.
Bisnis haram ini bahkan merenggut kemerdekaan anak-anak di dunia, hingga Sidang Umum PBB pada pertemuan yang ke 54 mengeluarkan keputusan pada 25 Mei 2000 tentang hak anak. Sebuah keputusan yang mendesak agar dilakukan pencegahan agar tak lagi terjadi jual beli anak apalagi kemudian dipekerjakan sebagai budak seks seperti yang terdapat pada jaringan internet.
Memperhatikan apa yang terjadi di Barat, seharusnya membuat kita berfikir panjang jika ingin menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Barat. Dalam penjara Israel terdapat sekitar 100 tawanan wanita. Mengapa Barat diam saja atas semua ini. Di Palestina terdapat lebih dari 250 wanita yang telah menemui syahidnya, belum lagi para wanita yang menderita luka-luka pasca intifadhah. Adapun tentang wanita di Irak, cukuplah bagi kita apa yang disampaikan oleh organisasi dunia pada 22 Februari 2005 yang mengatakan bahwa kondisi wanita Irak tak jauh berbeda dengan kondisi manakala mereka berada di bawah pemerintahan Sadam Husein.
Hal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan dan kebebasan wanita seperti yang digemborkan Amerika sama sekali tak menyentuh mereka. Bahkan kondisi mereka di bawah penjajahan Amerika jauh lebih buruk lagi. Mereka menerima perlakuan kasar, dianiaya, dilecehkan bahkan diperkosa.
Penutup
Maka, sebagai umat Islam marilah kita lebih jernih berpikir, dan tidak terpengaruh argumentasi bahwa feminisme dan kesetaraan gender dapat menjadi solusi dari permasalahan kaum perempuan di dunia Islam, semisal kekerasan rumah tangga (domestic violence) , women trafficking, dan permasalahan sosial lainnya. Sampai saat ini, negara-negara Barat tidak pernah bisa membuktikan bahwa mereka berhasil mengatasi problematika sosial tersebut. Justru sebaliknya, kehancuran moral telah merusak tatanan sosial masyarakat Barat, gerakan feminis kemudian disalahkan karena dianggap telah mengubah perempuan menjadi makhluk-makhluk gila karir dan menjauhkan mereka dari kehangatan keluarga. Wallahu a’lam bishshawab.
source: Muslimahzone.com

Yahudi ketakutan, Mujahidin Suriah Jadikan Israel Target Selanjutnya, Allahu Akbar..!

Yahudi ketakutan, Mujahidin Suriah Jadikan Israel Target Selanjutnya, Allahu Akbar..!

PALESTINA (KabarDuniaIslam) - Setelah Irak melalui Perdana Menteri yang beragama Syiah, Nouri al-Maliki, sekarang giliran kepala Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Benny Gantz, yang merasa khawatir. Gantz memberi peringatan bahwa mujahidin Suriah yang sedang mengupayakan kejatuhan rezim kafir Syiah Bashar Al-Assad akan menjadikan Israel sebagai target selanjutnya. Allahu Akbar!

"Situasi di Suriah menjadi tidak stabil dan sangat berbahaya dengan meningkatnya jumlah Mujahidin. Setelah kejatuhan Bashar, kelompok-kelompok teroris (baca: mujahidin) akan menargetkan Israel sebagai peluang untuk melebarkan negara Islam Suriah dan kami tidak bisa mengabaikan hal ini," ungkap Gantz saat Konfrensi Herzliya pada Rabu (13/03/2013).

"Meskipun dalam tujuh tahun terakhir kawasan perbatasan Suriah dengan Palestina (yang saat ini dijajah Israel) relatif tentram, kami akan tenang jika tetap begitu, namun setiap peristiwa yang terjadi tiap minggu dapat memicu eskalasi ketegangan dan memberikan efek negatif terhadap Israel," lanjut Gantz.

Ketakutan Israel bertambah setelah mujahidin Suriah menyatakan sumpahnya untuk mengobarkan jihad melawan Yahudi Israel saat perang melawan rezim kafir Syiah Bashar selesai. "Ancaman dari mujahidin belum hilang setelah wilayah-wilayah di Suriah dikuasai mujahidin, kami akan menghadapi mereka, itu pasti terjadi," Gantz menekankan kemungkinan terburuk atas jatuhnya rezim Bashar.

Dalam sebuah video yang diunggah di internet beberapa minggu lalu oleh salah satu kelompok Jihadi Suriah yang mengambil gambar di Dataran Tinggi Golan, daerah penyangga antara Suriah dan Palestina (yang saat ini dijajah Israel), seorang juru bicara Mujahidin menyatakan, "Kami telah menguasai Golan. Empat puluh tahun lalu sang pengkhianat (Syi'ah) Hafez Assad laknatullah (mantan Presiden Suriah yang juga ayah dari Bashar Al-Assad) telah menjual wilayah ini ke teroris Israel."

Dataran Tinggi Golan menjadi penting bagi ketenangan bangsa kera dan babi Yahudi karena berada tepat di perbatasan, meskipun saat ini Palestina dijajah dan diakui sebagai wilayah Israel. Dan selama 40 tahun itu keluarga besar Assad berjanji untuk membebaskan Dataran Tinggi Golan namun, seperti Iran yang ingin menghapus Israel dari muka bumi, tidak satupun peluru yang ditembakkan oleh tentara Syiah Suriah.

"Kami akan buka operasi militer melawan Israel," sumpah juru bicara Mujahidin dalam video yang diikuti dengan pekik takbir. "Kami akan arahkan moncong senjata dan akan menembakan banyak peluru, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Assad. Kami akan bebaskan Dataran Tinggi Golan." Allahu Akbar!

Sebelumnya pada awal Juli 2012 direktur intelejen militer IDF, Mayor Jenderal Avi Kochavi, memperingatkan bahwa Al Qaeda telah bergerak ke Dataran Tinggi Golan dan akan mengubah wilayah itu sebagai panggung jihad melawan Yahudi Israel. Seperti pemerintah Mesir yang kesulitan mengendalikan Semenanjugn Sinai, Damaskus kini telah kehilangan kontrol terhadap Dataran Tinggi Golan.

Min Huna Nabda Wa Fil Aqsha Naltaqy. Di sini kita mulai, di Al-Aqsa kita akan berjumpa, Allahu Akbar! (KabarDuniaIslam/aqp)


--


PALESTINA (KabarDuniaIslam) - Setelah Irak melalui Perdana Menteri yang b...eragama Syiah, Nouri al-Maliki, sekarang giliran kepala Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Benny Gantz, yang merasa khawatir. Gantz memberi peringatan bahwa mujahidin Suriah yang sedang mengupayakan kejatuhan rezim kafir Syiah Bashar Al-Assad akan menjadikan Israel sebagai target selanjutnya. Allahu Akbar!

"Situasi di Suriah menjadi tidak stabil dan sangat berbahaya dengan meningkatnya jumlah Mujahidin. Setelah kejatuhan Bashar, kelompok-kelompok teroris (baca: mujahidin) akan menargetkan Israel sebagai peluang untuk melebarkan negara Islam Suriah dan kami tidak bisa mengabaikan hal ini," ungkap Gantz saat Konfrensi Herzliya pada Rabu (13/03/2013).

"Meskipun dalam tujuh tahun terakhir kawasan perbatasan Suriah dengan Palestina (yang saat ini dijajah Israel) relatif tentram, kami akan tenang jika tetap begitu, namun setiap peristiwa yang terjadi tiap minggu dapat memicu eskalasi ketegangan dan memberikan efek negatif terhadap Israel," lanjut Gantz.

Ketakutan Israel bertambah setelah mujahidin Suriah menyatakan sumpahnya untuk mengobarkan jihad melawan Yahudi Israel saat perang melawan rezim kafir Syiah Bashar selesai. "Ancaman dari mujahidin belum hilang setelah wilayah-wilayah di Suriah dikuasai mujahidin, kami akan menghadapi mereka, itu pasti terjadi," Gantz menekankan kemungkinan terburuk atas jatuhnya rezim Bashar.

Dalam sebuah video yang diunggah di internet beberapa minggu lalu oleh salah satu kelompok Jihadi Suriah yang mengambil gambar di Dataran Tinggi Golan, daerah penyangga antara Suriah dan Palestina (yang saat ini dijajah Israel), seorang juru bicara Mujahidin menyatakan, "Kami telah menguasai Golan. Empat puluh tahun lalu sang pengkhianat (Syi'ah) Hafez Assad laknatullah (mantan Presiden Suriah yang juga ayah dari Bashar Al-Assad) telah menjual wilayah ini ke teroris Israel."

Dataran Tinggi Golan menjadi penting bagi ketenangan bangsa kera dan babi Yahudi karena berada tepat di perbatasan, meskipun saat ini Palestina dijajah dan diakui sebagai wilayah Israel. Dan selama 40 tahun itu keluarga besar Assad berjanji untuk membebaskan Dataran Tinggi Golan namun, seperti Iran yang ingin menghapus Israel dari muka bumi, tidak satupun peluru yang ditembakkan oleh tentara Syiah Suriah.

"Kami akan buka operasi militer melawan Israel," sumpah juru bicara Mujahidin dalam video yang diikuti dengan pekik takbir. "Kami akan arahkan moncong senjata dan akan menembakan banyak peluru, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Assad. Kami akan bebaskan Dataran Tinggi Golan." Allahu Akbar!

Sebelumnya pada awal Juli 2012 direktur intelejen militer IDF, Mayor Jenderal Avi Kochavi, memperingatkan bahwa Al Qaeda telah bergerak ke Dataran Tinggi Golan dan akan mengubah wilayah itu sebagai panggung jihad melawan Yahudi Israel. Seperti pemerintah Mesir yang kesulitan mengendalikan Semenanjugn Sinai, Damaskus kini telah kehilangan kontrol terhadap Dataran Tinggi Golan.

Min Huna Nabda Wa Fil Aqsha Naltaqy. Di sini kita mulai, di Al-Aqsa kita akan berjumpa, Allahu Akbar! (KabarDuniaIslam/aqp

sejarah jihad di bosnia sepenggal kisah perjuangan kaum muslimah di bawah kekejaman perang salib

Sejarah Jihad di Bosnia: Sepenggal kisah perjuangan kaum Muslimah di bawah kekejaman perang salib
(Arrahmah.com) – Perang yang dipaksakan di Serbia (kelanjutan perang Salib -red) telah mengubah wajah Bosnia-Hezergovina. Desa Jornia Toliba, di dekat sungai Sava dihancurluluhkan. Rumah-rumah penduduk berubah menjadi puing-puing hangus. Pohon-pohon yang semula menghijau tinggal tinggak kayu dengan ranting-ranting hitam. Sebuah Masjid tinggal tumpukan bata berserakan. Serbia hanya menyisakan mimbar dan sebilah papan bertuliskan “Muhammad, saw”.
Milisi Serbia yang disebut “Chetnik” mengarahkan moncong-moncong senjata otomatisnya ke pintu-pintu jendela Masjid ketika jama’ahnya sedang shalat. Rentetan tembakan segera menyalak tanpa jeda ditingkahi dentuman granat. Maka Masjid itu pun segera kehilangan bentuk. Setelah itu, para Chetnik itu mengais-ngais reruntuk (reruntuhan) mencari-cari mayat korbannya, lalu menuangkan arak di atas jasad-jasad yang tak lagi utuh itu, dan menorehkan dua garis bersilangan (salib) di tubuh-tubuh mereka.
Pada hari berikutnya, jenazah-jenazah korban pembantaian bengis itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam keranda oleh orang-orang Islam yang selamat. Seorang perempuan berdiri di samping keranda-keranda itu sambil menangis. Semua anggota keluarganya ada di dalam keranda-keranda itu. Semuanya lenyap dalam satu hari. Ia sendiri selamat, karena pada saat kejadian berlangsung, ia sedang berada di desa lain.
Bagaiamanakah Chetnik-chetnik Serbia itu dapat mengenali orang-orang Islam, padahal mereka berpakaian sama dengan etnik Serbia? Mudah saja. Milisi Serbia itu menelanjangi orang-orang yang dicurigainya. Bila ternyata orang itu berkhitan maka dia Muslim. Cara seperti ini mereka lakukan di Bilina. Orang-orang yang didapati berkhitan mereka bunuh. Mereka menorehkan dua garis bersilangan (salib) dengan pisau di tubuh-tubuh orang Islam.
Di sebuah Masjid di Bilina, milisi mereka memilih dua orang jama’ah Masjid itu dan menyiksanya. Setelah itu, mereka menghamburkan pelurunya ke arah jama’ah yang lainnya. Pada hari itu, 40.000 penduduk Bilina segera mengungsi.
Di setiap daerah yang berhasil dikuasai Serbia, didirikan kamp-kamp tawanan wanita-wanita muda Muslimah. Kehormatan wanita Muslimah telah dihalalkan dalam situasi perang seperti itu.
oOo
Menyaksikan pembantaian Ayah, ibu dan adik laki-lakinya di hadapan matanya
Madihah Hiyanutis, seorang Muslimah Bosnia berusia 24 tahun, mempunyai dua saudara. Saudara perempuan berusia 22 tahun, sedangkan yang laki-laki berusia 15 tahun. Madihah sudah dipinang anak pamannya yang bernama Adib. Apakah yang terjadi pada gadis yang tengah menunggu hari perkawinannya ini?
Saat itu keluarganya sudah menutup pintu rumahnya, karena ayahnya, seorang imam Masjid, menyuruhnya demikian. Ayah Madihah mengingatkan bahwa kelompok Chetnik mulai mengarahkan sasarannya ke daerah-daerah yang merupakan basis Islam dan membunuh setiap laki-laki serta menawan para wanita.
Madihah sedang berada di rumah tetangganya, ketika ia tiba-tiba mendengar suara tembakan disusul jeritan dari arah rumahnya. Tetangganya melarang Madihah untuk keluar rumah agar tidak menjadi korban. Milisi Serbia memiliki daftar nama para Imam, ulama, dan pengajar sekolah-sekolah agama. Maka alamat orangtua Madihah pun didatangi. Ketika mereka menemukan rumah Madihah,para Chetnik itu langsung menembaki pintu rumahnya. Mereka memperlakukan ayah Madihah dengan hina dan keji tanpa memperdulikan jeritan ibu dan saudara-saudara Madihah. Pada saat itu, Adib datang menghampiri rumah Madihah. Milisi Serbia pun menangkapnya, dan mengikatnya bersama-sama ayah, ibu dan saudara laki-laki Madihah. Setelah mereka menyeret saudara perempuan Madihah keluar agar dapat menyaksikan nasib yang menimpa orangtuanya.
Chetnik-chetnik itu menuangkan arak ke tubuh imam Masjid itu, kemudian menorehkan dua garis bersilangan (salib) di keningnya, dan akhirnya membantainya. Tindakan keji yang sama juga mereka lakukan kepada Adib, saudara laki-laki Madihah, dan terakhir ibunya. Semua ini dilakukan di hadapan tatapan mata saudara perempuannya. Pembantaian itu tidak sempat berlajut, karena pejuang Muslim segera datang menyerbu, sehingga para Chetnik itu melarikan diri.
Kemalangan-kemalangan seperti yang dialami keluarga Madihah juga dialami oleh ribuan keluarga Muslim lainnya, hanya saja kisahnya berbeda-beda. Nuha Kamaluddin, seorang mahasiswa perguruan tinggi di Sarajevo menyaksikan penyekapan para wanita muda di Sarajevo dan teror di seluruh sudut kota. Di ibukota Bosnia yang porak poranda itu, Parta Nasional Serbia membagi-bagikan brosur yang berbunyi, “Kembalilah ke pangkuan Tuhan agar tidak terjadi perkara suci”. Yang dimaksud “perkara suci” itu adalah pembantaian.
Nuha Kamaluddin lari dari Sarajevo bersama ibunya dengan meninggalkan ayah dan saudara laki-lakinya di kota yang tengah membara. Nuha berangkat tengah malam bersama rombongan pengungsi. Rombongan ini menempuh jarak yang sangat jauh melewati dataran-dataran tinggi, dengan punggung sarat dengan tas dan kantong-kantong dan dengan diliputi kekhawatiran terhadap penyergapan tiba-tiba dari milisi Serbia. Sebuah perjalanan panjang, dengan deraan rasa lapar dan letih, menuju suatu harapan yang samar-samar, tentu bukanlah perjalanan yang ringan bagi rombongan yang terdiri dari orang-orang tua, para wanita yang diantaranya sedang hamil dan anak-anak ini.
Beberapa jam setelah mereka meninggalkan Sarajevo, seorang wanita yang sedang hamil mengalami pendarahan karena kelelahan yang tak tertanggungkan. Ia segera dibantu oleh rekan-rekannya sesama wanita, sementara dua orang anaknya yang berusia 5 dan 3 tahun menambah kepanikan dengan tangis mereka. Beberapa jam kemudian, wanita itu melahirkan, dan meskipun ia masih dalam keadaan teramat lemah dan letih, ia harus segera melanjutkan perjalanan bersama rombongan, sebab menunda perjalanan lebih lama merupakan resiko besar untuk seluruh rombongan. Namun, baru beberapa kilometer setelah melanjutkan perjalanan, ia tak sanggup lagi melangkahkan kaki. Ia meninggal dan dikuburkan di tengah perjalanan. Bayi yang baru dilahirkannya dan baru beberapa saat saja merasakan kehangatan pelukan ibunya di tengah udara dingin pegunungan yang menggigit itu, menangis tak henti. Salah seorang wanita berusaha untuk menyusuinya, namun bayi mungil yang dalam kondisi sangat lemah itu menolak. Akibatnya, beberapa jam kemudian bayi itu menyusul ibunya. Tinggallah dua orang anak almarhumah yang meratap dalam ketidakmengertiannya.
Akhirnya, dengan sisa-sisa tenaga yang ada, rombongan pengungsi tiba di kota Dirfanta yang dikuasai pejuang Muslim. Namun, rombongan yang telah melakukan perjalanan jauh dalam dingin, lapar dan letih ini disambut dengan dentuman bom Serbia. Banyak anggota rombongan yang meninggal, diantaranya adalah salah satu dari dua anak yang baru ditinggal mati ibunya itu.
Sisa rombongan yang masih sanggup melangkah, beringsut meninggalkan Dirfanta. Anak yang tinggal sebatang kara, ditinggal mati ibu dan dua orang saudaranya itu terselamatkan, meski dengan lengan luka, Ia kemudian di rawat di rumah sakit Salafushi Barud. Bukan hanya lengannya yang luka itu, tetapi ia telah hilang ingatan. Kalaupun ia sembuh nanti, entah kemana ia akan melangkahkan kaki.
Beberapa organisasi misionaris bersedia membantu dan mendidik anak-anak Bosnia yang terlantar, tetapi kemanakah saudara-saudara seiman? Mengapakah dunia Islam bungkam? mengapa pertolongan-pertolongan, bantuan dana dan makanan hanya datang dari organisasi-organisasi Islam yang bersifat swasta? mengapa tidak ada yang turun ke rumah-rumah sakit untuk menolong anak-anak Bosnia dari luka-luka yang di deritanya dan menolong untuk menyelamatkan aqidahnya?
Banyak pertanyaan yang membingungkan. Jika bantuan nyata tak dapat segera diberikan, do’a harus senantiasa dipanjatkan ke langit untuk saudara-saudara kita yang sedang melancarkan jihad itu, dalam sujud, pada waktu pagi dan petang, dan pada setiap waktu. Mereka sekarang sedang menyusun barisan dan senantiasa siap menghadapi Serbia.
Para dokter menjadikan beberapa rumah yang tak lagi utuh sebagai rumah-rumah sakit. Saudari-saudari kita Muslimah bertindak sebagai perawat-perawat, baik di rumah-rumah sakit, ataupun di medan-medan tempur. Syi’ar mereka adalah tekad untuk mendapatkan satu diantara dua kebaikan, MENANG atau MATI SYAHID

Sikap Al-Azhar Mesir tentang 'Taqrib'(persatuan) Sunni-Syiah

 

        
Sikap Al-Azhar Mesir tentang 'Taqrib'(persatuan) Sunni-Syiah

(Arrahmah.com) - Baru-baru ini seiring pemberitaan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) ke-12 yang dilaksanakan di Kairo ibukota Mesir dan turut dihadiri Presiden SBY, hasil pertemuan Grand Syeikh Al-Azhar Mesir dengan Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, menjadi pusat perhatian umat Islam tak hanya di Mesir tetapi juga di dunia Islam. Apalagi ditengah situasi yang menghangat soal relasi Sunni – Syiah pasca Arab-Spring (revolusi dunia Arab), dan imbasnya sampai ke Indonesia dengan kasus penodaan agama oleh Tajul Muluk, pemimpin Syiah di Sampang.
Dalam sebuah pernyataan resmi ketika menerima kunjungan Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, di Masyikhatul Azhar pada hari Rabu 6 Februari 2013, Grand Syeikh Al-Azhar Cairo, Prof. Dr. Ahmad Al-Tayyib mengatakan, “Meski para ulama besar Al-Azhar terdahulu pernah terlibat di dalam berbagai konferensi persatuan Islam antara Sunni dan Syiah guna melenyapkan fitnah yang memecah belah umat Islam, penting saya garis bawahi bahwa seluruh konferensi itu nyatanya hanya ingin memenangkan kepentingan kalangan Syiah (Imamiyah) dan mengorbankan kepentingan, akidah dan simbol-simbol Ahlus Sunnah, sehingga upaya taqrib itu kehilangan kepercayaan dan kredibilitasnya seperti yang kami harapkan. Kami juga sangat menyesalkan celaan dan pelecehan terhadap para sahabat dan istri Nabi SAW yang terus menerus kami dengar dari kalangan Syiah, yang tentu saja hal itu sangat kami tolak. Perkara serius lainnya yang kami tolak adalah upaya penyusupan penyebaran Syiah di tengah masyarakat Muslim di Negara-negara Sunni.”
Selain itu Syeikh Al-Thayyib menyinggung kondisi memilukan Ahlus Sunnah di Iran yang menurut beliau, “Banyak dari mereka yang mengadukan kepada kami kondisi dan hak-hak mereka. Saya memandang, tidak boleh hak-hak warga Negara didiskriminasi dan dikerdilkan seperti yang disepakati oleh system politik modern dan diatur syariat Islam.”
(Sumber: http://onazhar.com/page2home2.php?page=3&page1=4&page2=2810)
Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad At-Thayyib, menyatakan seperti dilansir Koran Ahram (09/11/2012) bahwa Al-Azhar menolak keras penyebaran ajaran Syiah di negeri-negeri Ahlus Sunnah, karena hal itu akan merongrong persatuan dunia Islam, mengancam stabilitas negara, memecah belah umat dan membuka peluang kepada zionisme untuk menimbulkan isu-isu perselisihan mazhab di Negara-negara Islam.
Selain penolakan terhadap ekspor mazhab Syiah (Syiahisasi) ke negara-negara Sunni, kaum Rafidhah berlindung di balik konsensus Deklarasi Amman untuk legitimasi penyebaran Syiah. Risalah Amman yang selama ini selalu menjadi landasan bagi Syiah menebarkan pengaruhnya bukanlah kesepakatan pembenaran atas penyimpangan akidah.
Risalah Amman bukanlah cek kosong, Risalah Amman bukan pula kesepakatan pembenaran atas keyakinan menyimpang Rafidhah, yaitu doktrin caci-maki kepada para pembesar Sahabat dan isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam, apalagi pembenar doktrin tahrif,” kata seorang pakar Syiah Prof. Mohammad Baharun, yang juga mengetuai Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI. Solusi damai antara Syiah dan Sunni justru dengan membuat jarak yang jelas dan tidak mengelabui umat. “Karena perbedaannya bukan di ranah mazhab fiqih saja, melainkan keyakinan akidah,” ujarnya. [baca: Pakar Syiah Indonesia Dukung Langkah Syeikh Al Azhar]
Risalah Amman 2005 juga tidak mengikat seluruh ulama yang hadir. Faktanya adalah Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional) yang ikut tercantum namanya sebagai penandatangan Risalah Amman, telah merilis tiga fatwa tentang Syiah Imamiyah di dalam kitab “Fatawa Mu’ashirah” jilid 4 yang terbit pada tahun 2009. Dalam fatwanya, beliau membongkar kesesatan Syiah Imamiyah dengan membentangkan pokok-pokok perbedaan akidah antara Ahlus Sunnah dan Syiah, hukum mencaci para sahabat Nabi dan sikapnya tentang pendekatan (taqrib) Sunni-Syiah pasca Muktamar Doha-Qatar tanggal 20-22 Januari 2007.
Tampak dari fatwa Syeikh Al-Qaradhawi (2009) bahwa kaum Syiah masih dikategorikan Muslim (seperti tertulis dalam Risalah Amman), tapi itu tidak berarti golongan Muslim tersebut bersih dan terbebas dari kesesatan terutama dalah hal-hal pokok akidah sebagaimana dijelaskan panjang lebar oleh Qaradhawi.
Di dalam fatwanya al-Qardhawi, yang juga anggota dewan tinggi ulama senior (‘Hai’ah Kibar Ulama’) Al-Azhar menegaskan sikapnya terhadap gagasan ‘Taqrib’,
“Sesungguhnya sejak saya ikut serta di dalam Muktamar Pendekatan Madzhab (Taqrib), saya telah menemukan beberapa poin penting yang membuat pendekatan ini tidak akan terjadi jika poin-poin ini diabaikan atau tidak diberikan hak-haknya. Semua ini telah saya jelaskan dengan sejelas-jelasnya pada saat kunjungan saya ke Iran 10 tahun yang silam. Di sini saya hanya mengacu kepada 3 perkara:
Pertama, kesepakatan untuk tidak mencerca para sahabat. Karena kita tidak bisa dipertemukan atau didekatkan jika masih seperti itu. Karena saya mengatakan: Semoga Allah meridhai mereka (para sahabat), sedangkan engkau (Syi’ah) berkata: Semoga Allah melaknat mereka. Sedangkan antara kata ridha dan laknat memiliki perbedaan yang sangat besar.
Kedua, dilarang menyebarkan sebuah madzhab di sebuah daerah yang dikuasi oleh madzhab tertentu. Atau seperti yang dikatakan oleh Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin dengan istilah pengsyi’ahan (ekspor madzhab Syi’ah ke negara lain). Ketiga, memperhatikan hak-hak minoritas, terutama jika monoritas tersebut adalah madzhab yang sah.
Inilah sikap saya. Saya tidak akan menjadi penyeru kepada ‘peleburan prinsip’ atau menjadi orang-orang yang berhamburan kepada usaha taqrib (pendekatan Sunni – Syi’ah) tanpa syarat dan ketentuan. Karena saya melihat bahwa muktamar ini hanya seremonial saja. Akan tetapi tidak memecahkan akar permasalahannya dan tidak ada ujung pangkalnya. Muktamar tersebut hanya sebatas basa basi dan tidak menghasilkan apa-apa setelahnya. Saya putuskan bahwa saya harus menjelaskan sesuatu yang ada di dalam diri saya kepada seluruh kaum Muslimin. Saya tidak akan menyembunyikan sesuatu yang dianggap penting di dalam (menjaga) muamalah. Hal ini lah yang dituntut oleh sifat amanah dan tanggung jawab dan perjanjian yang telah diambil oleh Allah terhadap para ulama, “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,” (QS Ali Imran [03]: 187).”
Syeikh Qaradhawi menceritakan pengalaman bahwa taqrib di dunia Islam hanya menguntungkan pihak Syiah, yang mendukung pernyataan Grand Syeikh Al-Azhar saat ini Prof. Ahmad Al-Thayyib;
“Pada tahun 60-an yang lampau, Syeikh Mahmud Syaltut sebagai Grand Syeikh Al-Azhar telah mengeluarkan sebuah fatwa yang membolehkan beribadah dengan memakai madzhab Ja’fari. Dengan alasan di dalam pembahasan fikihnya lebih mendekati kepada Madzhab Ahlu Sunnah, kecuali ada perbedaan sedikit saja yang tidak menjadi alasan untuk melarang beribadah dengan memakai madzhab Ja’fari secara keseluruhan, seperti dalam hal shalat, puasa, zakat, haji dan muamalah. Akan tetapi fatwa ini tidak pernah dibukukan dalam Himpunan Fatwa Syaltut. Fatwa Syaikh Syaltut ini sebagaimana yang disebutkan tidak merambah ke permasalahan akidah dan ushuluddin (pokok-pokok agama Islam) yang di dalamnya mengandung perbedaan yang sangat jelas antara Ahlu Sunnah dengan Syi’ah. Contohnya dalam hal imamah, 12 imam Syi’ah, kemaksuman imam, pengetahuan mereka terhadap hal gaib dan kedudukan mereka yang tidak ada yang bisa mencapainya walaupun oleh malaikat yang sangat dekat (dengan Allah SWT) dan tidak juga oleh nabi yang diutus. Mereka beranggapan bahwa masalah ini adalah masalah penting yang termasuk masalah ushuluddin. Tidak sah iman dan Islam seseorang kecuali dengan mengimani masalah ini. Orang yang menolaknya dianggap kafir, akan kekal di neraka. Juga contoh lainnya yaitu akidah orang-orang Syi’ah terhadap para sahabat dan hal-hal lainnya yang mereka anggap sebagai pokok-pokok agama mereka.
Di samping itu, kami belum pernah menemukan ada orang Syi’ah yang membalas kebaikan dengan kebaikan atau ada yang menjawab salam dengan jawaban yang lebih baik atau dengan salam serupa. Sebab tidak ada dari para ulama senior Syi’ah yang selevel dengan Syaikh Syaltut di kalangan Ahlu Sunnah, baik yang berada di Qum maupun di Najaf yang mengeluarkan fatwa bagi para pengikutnya bahwa boleh beribadah dengan menggunakan madzhab Ahlu Sunnah, meskipun mereka itu (Ahlus Sunnah) tidak perlu hal ini.”
Syeikh Qardhawi dalam fatwanya juga meluruskan makna ‘Taqrib’ agar tidak menjadi bias dan kamuflase terhadap upaya penyebaran ajaran Syiah;
“Seluruh peserta muktamar taqrib madzhab dan putusannya mengatakan bahwa pendekatan itu (terjadi) antar madzhab di dalam Islam. Menurut saya bahwa maksud dari ungkapan ini tidak pas. Karena kalimat madzhab telah menjadi istilah yang mapan bagi madzhab fikih Sunni yang empat yang sudah dikenal, yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanbaliyah. Kemudian ditambah dengan madzhab Zhahiriyah juga Zaidiyyah, Ja’fariyyah dan Ibadhiyyah. Adapun perbedaan di antara madzhab-madzhab ini hanya berkisar di dalam masalah furu’ dan amaliah yang tidak sampai menyentuh permasalahan akidah, pokok-pokok keimanan dan ushuluddin (pokok-pokok agama). Maka perbedaan dalam masalah furu, fikih atau ibadah adalah bukan faktor yang berpengaruh di dalam hubungan antara Sunni dan Syi’ah. Sangat penting digarisbawahi bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah adalah perbedaan di dalam masalah akidah seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya di dalam masalah pendekatan madzhab. Perbedaan dalam akidah inilah yang telah menjadi penyebab tumbuhnya berbagai macam golongan, seperti Mu’tazilah, Jabariyyah, Murji’ah, Syi’ah, Khawarij, Asy’ariyyah, Maturidiyyah, Salafiyyah dan lain-lainnya. Oleh karena itu, jika memungkinkan, aktifitas ‘Taqrib’ lebih tepat disebut sebagai pendekatan antar golongan/firqah (akidah) dan bukan pendekatan antar madzhab (fikih). Karena fikih tidak memerlukan pendekatan. Pun jika kita permudah istilah dengan menyatakan madzhab-madzhab, maka yang kita maksudkan disini adalah madzhab-madzhab akidah dan bukan mazhab-mazhab fikih.”
Lebih jauh al-Qardhawi dalam fatwanya itu, mengungkapkan perbedaan mendasar dalam hal pokok antara Sunni dan Syiah yang tak bisa disatukan.
“Contoh perbedaan di dalam masalah akidah, yaitu khususnya di dalam masalah imamah. Karena mereka (orang-orang Syi’ah) berkeyakinan bahwa imamah adalah pokok akidah mereka dan termasuk ke dalam rukun akidah mereka. Sedangkan kita (Ahlu Sunnah) menganggapnya hanya sebagai furu’ (cabang) saja dan bukan ushul; atau termasuk amaliyah dan bukan sebagai akidah. Akan tetapi imamah di dalam ajaran Syi’ah merupakan pokok ajaran mereka. Karena pokok ajaran mereka bersandar kepada: Al-Washiyah (wasiat politik kepada Ali), Al-Imamah (kepemimpinan Ali dan keturunannya), Al-Ghaibah (masa menghilangnya imam ke-12) dan Ar-Roj’ah (kembalinya Al-Mahdi ke dunia sebelum kiamat untuk menumpas musuh-musuh imam Ahlul Bait). Ajaran Syi’ah menyebutkan masalah imamah dengan sangat tegas. Mereka mengatakan barangsiapa yang tidak beriman kepada imamah ini, maka tidak dianggap sebagai orang yang beriman. Mereka juga mengatakan bahwa imamah ini berasal dari Rasulullah SAW, yang dimulai dari Ali RA kemudian dikuti oleh sebelas imam setelah Ali RA. Di dalam kitab Ushul Al-Kafi dari Abi Ja’far (Al-Baqir) bahwasanya dia telah berkata, “Islam itu dibangun di atas 5 dasar: Shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah (kekuasaan). Tidak ada rukun yang lebih ditekankan kecuali rukun al-wilayah ini. Akan tetapi manusia hanya mengambil empat perkara dan mereka meninggalkan rukun ini, yaitu al-wilayah.” (Ushul Al-Kafi, jilid 2 hal. 18).
Dari Zurarah dari Abu Ja’far dia berkata, “Islam itu dibangun di atas lima perkara: Shalat, zakat, haji, puasa dan al-wilayah.” Zurarah berkata: Aku bertanya kepadanya: “Manakah di antara semua itu yang paling utama?” Abu Ja’far menjawab, “Al-wilayah lebih utama, karena al-wilayah adalah kunci dari semua rukun itu.” (Ushul Al-Kafi, jilid 2 hal. 18). Al-Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari Ash-Shadiq (AS) bahwasanya beliau bersabda, “Dasar Islam itu ada tiga: Shalat, zakat dan al-wilayah. Tidak sah salah satu dari ketiga rukun ini kecuali dengan menyertakan dua rukun lainnya.” (Ushul Al-Kafi, jilid 2 hal. 18).
Di dalam masalah al-wilayah tidak ada rukhshah (keringanan). Dari Abu Abdullah dia berkata,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan lima perkara kepada umat Nabi Muhammad SAW: Shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah (pemerintahan) kami. Allah telah memberikan keringanan di dalam rukun yang empat. Akan tetapi Allah tidak memberikan keringanan kepada seorang muslim pun di dalam hal meninggalkan wilayah (pemerintahan) kami. Tidak, demi Allah. Sesungguhnya tidak ada keringanan di dalam masalah al-wilayah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Islam dibangun atas: Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan ramadhan, melaksanakan ibadah haji ke baitullah dan wilayah (pemerintahan) Ali bin Abi Thalib.” (Ushul Al-Kafi, jilid 2 hal. 21).
Bahkan pada kenyataannya mereka (orang-orang Syi’ah) tidak hanya berpegang kepada masalah al-wilayah (pemerintahan Ali) saja. Justru mereka melampauinya sampai ke taraf uluhiyah (ketuhanan). Akhirnya mereka menganggap Ahlu Sunnah bukanlah orang-orang yang beriman kepada Tuhan yang diimani oleh Syi’ah. Inilah salah satu titik perbedaan yang paling mendasar. Ni’matullah Al-Jazairi (wafat 1212 H) misalkan di dalam kitab Al-Anwar An-Nu’maniyyah menulis tentang Ahlu Sunnah wal Jama’ah, “Sesungguhnya kami tidak bisa bertemu dengan mereka (Ahlu Sunnah) di dalam satu tuhan dan tidak dalam satu nabi dan satu imam. Hal ini dikarenakan mereka (Ahlu Sunnah) berkata, “Sesungguhnya Rabb mereka adalah yang Muhammad sebagai nabi-Nya dan Abu Bakar sebagai khalifahnya. Akan tetapi kami tidak mengatakan dengan tuhan ini dan tidak juga dengan nabi itu. Akan tetapi kami mengatakan, “Sesungguhnya tuhan yang khalifahnya (yang benar: Khalifah nabinya) adalah Abu Bakar adalah bukan tuhan kami dan nabi itu juga bukan nabi kami.” (Al-Anwar An-Nu’maniyah jilid 2 hal. 279, cetakan Yayasan Al-A’lami Beirut Libanon).”
Demikian uraian yang dapat penulis ketengahkan kepada pembaca sekalian mengenai sikap institusi ilmiah terbesar Sunni yaitu Al-Azhar Al-Syarif melalui berbagai pernyataan dan pemikiran fatwa para tokoh kuncinya yaitu Prof. Dr. Ahmad Al-Thayyib dan Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi.
Pandangan kedua tokoh Muslim terkemuka itu sangat patut dipertimbangkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan Daerah, tokoh-tokoh cendekiawan serta Ormas-ormas Islam di Indonesia, bahkan oleh jajaran Pemerintah Republik Indonesia untuk menyikapi perkembangan Syiah dan infiltrasinya melalui jalur pendidikan dan beasiswa serta penerbitan yang menyerang ajaran Sunni di Indonesia, agar kehidupan keagamaan berlangsung harmonis demi kokohnya NKRI yang islami dan didukung seluruh elemen umat Islam.*
Komisi Pengkajian MUI dan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah
Dipublikasi resmi di hidayatullah.com, 11 Februari 2013
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/sikap-al-azhar-mesir-tentang-taqribpersatuan-sunni-syiah.html#sthash.QeRMfoad.dpuf

Sekilas sejarah hitam syiah sepanjang zaman

Sekilas sejarah hitam syiah sepanjang zaman
 
 Di bawah ini adalah ringkasan sejarah kelompok Rafidhah (sebutan yang diberikan para ulama terhadap aliran Syi’ah), kanker yang menggerogoti umat islam dan penyakit yang menular, kami akan menyebutkan – dengan izin Allah – peristiwa-peristiwa nyata dan penting yang pernah dilalui dalam sejarah mereka. Semoga ringkasan singkat ini mampu membuka pandangan mayoritas Ahlus Sunnah yang telah termakan isu dan slogan-slogan pendekatan antara Islam dan Rafidhah.
14 H. Pada tahun inilah pokok dan asas dari kebencian kaum Rafidhah terhadap Islam dan kaum muslimin, karena pada tahun ini meletus perang Qadisiyyah yang berakibat takluknya kerajaan Persia Majusi, nenek moyang kaum Rafidhah. Pada saat itu kaum muslimin dibawah kepemimpinan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu.
16 H. Kaum muslimin berhasil menaklukkan ibu kota kekaisaran Persia, Mada’in. Dengan ini hancurlah kerajaan Persia. Kejadiaan ini masih disesali oleh kaum Rafidhah hingga saat ini.
23 H. Abu Lu’lu’ah Al-Majusi yang dijuluki Baba ‘Alauddin oleh kaum Rafidhah membunuh khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Dan ini merupakan salah satu simbol mereka dalam memusuhi Islam.
34 H. Munculnya Abdullah bin saba’, si yahudi dari yaman yang dijuluki Ibnu Sauda’ berpura-pura masuk Islam, tapi menyembunyikan kekafiran dalam hatinya. Dia menggalang kekuatan dan melancarkan provokasi melawan khalifah ketiga Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu hingga khalifah tersebut dibunuh oleh para pemberontak karena fitnah yang dilancarkan oleh Ibnu Sauda’ (Abdullah bin Saba’) pada tahun 35 H. Keyakinan yang diserukan oleh Abdullah bin Saba’ ini berasal dari pokok-pokok ajaran Yahudi, Nasrani dan Majusi yaitu menuhankan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, wasiat, raj’ah, wilayah, keimamahan, bada’ dan lain-lain.
36 H. Malam sebelum terjadinya perang Jamal, kedua belah pihak telah sepakat untuk berdamai. Mereka bermalam dengan sebaik-baik malam sementara Abdullah bin Saba’ beserta pengikutnya bermalam dengan penuh kedongkolan. Lalu dia membuat provokasi kepada kedua belah pihak hingga terjadilah fitnah seperti yang diinginkan oleh Ibnu Saba’. Pada masa kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, kelompok Abdullah bin Saba’ datang kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu seraya berkata, “Kamulah, kamulah!!” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Siapakah saya?”, mereka berkata: “Kamulah sang pencipta!”, lalu Ali bin Abi Thalib menyuruh mereka untuk bertaubat tapi mereka menolak. Kemudian Ali bin Abi Thalib menyalakan api dan membakar mereka.
41 H. Tahun ini adalah tahun yang paling dibenci oleh kaum Rafidhah karena tahun ini dinamakan tahun jama’ah (tahun persatuan) kaum muslimin dibawah pimpinan sang penulis wahyu, khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘anhu, dimana Hasan bin Ali bin Abi Thalib menyerahkan kekhilafahan kepada Mu’awiyah. Maka dengan ini surutlah tipu daya kaum Rafidhah.
61 H. Pada tahun ini Husein bin Ali Radhiyallahu ‘anhu terbunuh di karbala yaitu pada hari ke-10 bulan muharram setelah ditinggalkan oleh para penolongnya dan diserahkan kepada pembunuhnya.
260 H. Hasan Al-Askari meninggal dunia, namun kaum Rafidhah menyangka bahwa imam ke-12 yang ditunggu-tunggu (Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari) telah bersembunyi di sebuah sirdab (ruang bawah tanah) di samurra’ dan akan kembali lagi ke dunia.
277 H. Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah kufah dibawah kendali Hamdan bin Asy’ats yang dikenal dengan julukan Qirmith.
278 H. Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah Bahrain dan Ahsa’ yang dipelopori oleh Abu Sa’id Al-Janabi.
280 H. Munculnya kerajaan Zaidiyah beraliran Rafidhah di Sha’dah dan Shan’a daerah Yaman, dibawah kepemimpinan Al-Husein bin Al-Qasim Ar-Rasiy.
297 H. Munculnya kerajaan Ubaidiyin di Mesir dan Maghrib (Maroko) yang didirikan oleh Ubaidillah bin Muhammad Al-Mahdi.
317 H. Abu Thahir Ar-Rafidhi Al-Qurmuthi sampai dan memasuki kota Mekah pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) lalu membunuh para jamaah haji di masjidil Haram serta mencongkel hajar Aswad dan membawanya ke tempat ibadah mereka di Ahsa’. Dan hajar Aswad itu berada disana sampai tahun 355 H. Kerajaan mereka tetap eksis di Ahsa’ hingga tahun 466 H. Pada tahun ini berdirilah kerajaan Hamdaniyah di Mousul dan Halab kemudian tumbang pada tahun 394 H.
329 H. Pada tahun ini Allah telah menghinakan kaum Rafidhah karena pada tahun ini dimulailah Ghaibah Al-Kubra atau menghilang selamanya. Menurut mereka, imam Rafidhah yang ke-12 telah menulis surat dan sampai kepada mereka yang bunyinya: “Telah dimulailah masa menghilangku dan aku tidak akan kembali sampai masa yang diizinkan oleh Allah, maka barangsiapa yang mengatakan bahwa dia telah berjumpa denganku maka dia adalah pendusta dan telah tertipu.” Semua ini mereka lakukan dengan tujuan menghindari akan banyaknya pertanyaan orang-orang awam kepada ulama mereka tentang keterlambatan Imam Mahdi keluar dari persembunyiannya.
320-334 H. Munculnya kerajaan Buwaihiyah beraliran Rafidhah di daerah Dailam yang didirikan oleh Buwaih bin Syuja’. Mereka membuat kerusakan-kerusakan di kota Baghdad, Iraq, sehingga orang-orang bodoh pada masa itu mulai berani memaki-maki para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
339 H. Hajar Aswad dikembalikan ke Mekkah atas rekomendasi dari pemerintahan Ubaidiyah di mesir.
352 H. Pemerintahan Buwaihiyun mengeluarkan peraturan untuk menutup pasar-pasar pada tanggal 10 muharram dan meliburkan semua kegiatan jual beli. Lalu para wanita keluar rumah tanpa mengenakan jilbab dengan memukul-mukul diri mereka di pasar-pasar. Pada saat itulah pertama kali dalam sejarah diadakan perayaan kesedihan atas meninggalnya Husein bin Ali bin Abi Thalib.
358 H. Kaum Ubaidiyun beraliran Rafidhah menguasai Mesir. Salah satu pemimpinya yang terkenal adalah Al-Hakim Biamrillah yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan menyeru kepada ajaran reinkarnasi. Dengan runtuhnya kerajaan ini pada tahun 568 H muncullah gerakan Druz yang berfaham kebatinan.
402 H. Keluarnya pernyataan kebatilan nasab Fatimah yang digembar-gemborkan oleh penguasa kerajaan Ubaidiyah di Mesir dan menjelaskan ajaran mereka yang sesat dan mereka adalah zindiq dan telah dihukumi kafir oleh seluru ulama’ kaum muslimin.
408 H. Penguasa kerajaan Ubaidiyah di Mesir yang bernama Al-Hakim Biamrillah mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Salah satu dari kehinaannya adalah dia berniat untuk memindahkan kubur Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dari kota madinah ke mesir sebanyak 2 kali. Yang pertama adalah ketika dia disuruh oleh beberapa orang zindik untuk memindahkan jasad Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ke Mesir. Lalu dia membangun bangunan yang megah dan menyuruh Abul Fatuh untuk membongkar kubur Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu masyarakat tidak rela dan memberontak sehingga membuat dia mengurungkan niatnya. Yang kedua ketika mengutus beberapa orang untuk membongkar kuburan Nabi. Utusan ini tinggal didekat mesjid dan membuat lobang menuju kubur Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu makar itupun ketahuan dan utusan tersebut dibunuh.
483 H. Munculnya gerakan Al-Hasyasyin yang menyeru kepada kerajaan Ubaidiyah berfaham Rafidhah di Mesir didirikan oleh Al-Hasan As-Shabah yang berketurunan darah persia. Dia memulai dakwahnya di wilayah persia tahun 473 H.
500 H. Penguasa Ubaidiyun membangun sebuah bangunan yang megah di Mesir dan diberi nama mahkota Al-Husein. Mereka menyangka bahwa kepala Husein bin Ali bin Abi Thalib dikuburkan di sana. Hingga saat ini banyak kaum Rafidhah yan pergi berhaji ke tempat tersebut. Kita bersyukur kepada Allah atas nikmat akal yang diberikan kepada kita.
656 H. Penghianatan besar yang dilakukan oleh Rafidhah pimpinan Nasiruddin At-Thusi dan Ibnul Alqomi yang bersekongkol dengan kaum Tartar Mongolia sehingga kaum Tartar masuk ke Baghdad dan membunuh lebih dari 2 juta muslim dan membunuh sejumlah besar dari Bani Hasyim yang seolah-olah dicintai oleh kaum Rafidhah. Pada tahun yang sama muncullah kelompok Nushairiyah yang didirikan oleh Muhammad bin Nusair berfaham Rafidhah Imamiyah.
907 H. Berdirinya kerajaan Shafawiyah di Iran yang didirikan oleh Syah Ismail bin Haidar Al-Shafawi yang juga seorang Rafidhah. Dia telah membunuh hampir 2 juta muslim yang menolak memeluk madzhab Rafidhah. Pada saat masuk ke Baghdad dia memaki-maki Khulafa’ Rasyidin di depan umum dan membunuh siapa saja yang tidak mau memeluk madzhab Rafidhah. Tak ketinggalan pula dia membongkar banyak kuburan orang-orang Sunni (Ahlus Sunnah) seperti kuburan Imam Abu Hanifah.
Termasuk peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Shafawiyah adalah ketika Shah Abbas berhaji ke Masyhad untuk menandingi dan memalingkan orang-orang yang melakukan haji ke Mekah. Pada tahun yang sama Shadruddin Al-Syirazi memulai dakwahnya kepada madzhab Baha’iyah. Mirza Ali Muhammad Al-Syirazi mengatakan bahwa Allah telah masuk ke dalam dirinya, setelah mati dia digantikan oleh muridnya Baha’ullah. Sementara itu di India muncul kelompok Qadiyaniyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad yang mengatakan bahwa dirinya ialah Nabi dan keyakinan-keyakinan lainnya yang batil. Kerajaan Safawiyah berakhir pada tahun 1149 H.
1218 H. Seorang Rafidhah dari Irak datang ke daerah Dar’iyah di Najd dan menampakkan kesalehan serta kezuhudannya. Pada suatu hari, dia shalat di belakang Imam Muhammad bin Su’ud lalu diapun membunuhnya ketika sedang sujud dalam shalat Ashar dengan menggunakan belati yang disembunyikan dan telah dipersiapkannya. Semoga Allah memerangi kaum Rafidhah para pengkhianat.
1289 H. Pada tahun ini buku Fashlul Khitab fi Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab (kalimat penjelas bahwa kitab Allah telah diselewengkan dan diubah) karangan Mirza Husain bin Muhammad An-Nuri At-Thibrisi. Kitab ini memuat pendapat dan klaim-klaim Rafidhah bahwasanya Al-Qur’an yang ada saat ini telah diselewengkan, dikurangi dan ditambah.
1366 H. Sebuah majalah Rafidhah dengan nama Birajmil Islam terbit dengan memuat syair-syair yang mengutamakan tanah karbala atas Mekkah Al-Mukarramah.
Ia karbala tanah membentang, thawaflah tujuh kali pada tempat kediamannya,
Tanah mekkah tak memiliki keistimewaan dibanding keistimewaannya,
Sebongkah tanah, meski hamparan gersang adanya,
Mendekat dan mengangguk-angguk bagian atasnya kepada bagian yang dibawahnya.
1389 H. Khomeini menulis buku Wilayatul faqih dan Al-Hukumah Al-Islamiyah. Sebagian kekafiran yang ada pada buku tersebut (Al-Hukumah Al-Islamiyah, hal. 35) : Khomeini berkata bahwa termasuk keyakinan pokok dalam madzhab kami adalah bahwa para imam kami memiliki posisi yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat dan para Nabi sekalipun.
1399 H. Berdirinya pemerintahan Rafidhah di Iran yang didirikan oleh penghianat besar Khomeini setelah berhasil menumbangkan pemerintahan Syah di Iran. Ciri khas negara Syi’ah Iran ini adalah mengadakan demonstrasi dan tindakan anarkis atas nama revolusi Islam di tanah suci Mekah pada hari mulia yaitu musim haji pada setiap tahun.
1400 H. Khomeini menyampaikan pidatonya pada peringatan lahirnya Imam Mahdi fiktif mereka pada tanggal 15 sya’ban. Sebagian pidatonya berbunyi demikian : “Para Nabi diutus Allah untuk menanamkan prinsip keadilan di muka bumi tapi mereka tidak berhasil, bahkan Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diutus untuk memperbaiki kemanusiaan dan menanamkan prinsip keadilan tidak berhasil.. yang akan berhasil dalam misi itu dan menegakkan keadilan di muka bumi serta dapat meluruskan segala penyimpangan adalah Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu….” Begitulah menurut Khomeini para Nabi telah gagal, termasuk Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sementara revolusi kafirnya dianggapnya sebagai suatu keberhasilan dan keadilan.
1407 H. Jamaah haji iran mengadakan demonstari besar-besaran di kota Mekah pada hari jum’at di musim haji tahun 1407 H. Mereka melakukan tindakan perusakan di kota Mekah seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka kaum Al-Qaramithah, mereka membunuh beberapa orang aparat keamanan dan jamaah haji, merusak dan membakar toko, menghancurkan dan membakar mobil-mobil beserta mereka yang ada di dalamnya. Jumah korban saat itu mencapai 402 orang tewas, 85 dari mereka adalah aparat keamanan dan penduduk Saudi.
1408 H. Mu’tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa bahwa Khomeini telah kafir.
1409 H. Pada musim haji tahun ini kaum Rafidhah meledakkan beberapa tempat di sekitar Masjidil Haram di kota Mekah. Mereka meledakkan bom itu tepat pada tanggal 7 Dzulhijjah dan mengakibatkan tewasnya seorang jamaah haji dari Pakistan dan melukai 16 orang lainnya serta mengakibatkan kerusakan materi yang begitu besar. 16 pelaku insiden itu berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1410 H.
1410 H. Khomeini meninggal dunia, semoga Allah memberinya balasan yang setimpal. Kaum Rafidhah membangun sebuah bangunan diatas kuburannya yang menyerupai ka’bah di Mekah, semoga Allah memerangi mereka.
Dan akan senantiasa terus berulang sejarah tentang peristiwa dan pengkhianatan mereka dengan tujuan menghancurkan islam dan melemahkan kita kaum muslimin, ketahuilah wahai kaum muslimin, setiap kali ada pengkhianatan hampir pasti dibelakangnya ada campur tangan kaum Rafidhah.
(saifalbattar/syiahindonesia/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/sekilas-sejarah-hitam-syiah-sepanjang-zaman.html#sthash.946VLjhO.dpuf

Berjabat Tangan Setelah Sholat itu Bukan Bid’ah Sesat yang Masuk Neraka

 

Ada lagi orang yg menuding berjabat-tangan usai sholat itu bid’ah, sesat, masuk neraka. Kalau berjabat-tangan itu haram, mungkin mereka benar. Tapi berjabat-tangan itu selain ADAB SOPAN SANTUN juga sunnah Nabi:
Dari Abul Khaththab yaitu Qatadah, katanya: “Saya berkata kepada Anas r.a.: “Adakah cara saling berjabatan tangan itu di kalangan para sahabatnya Rasulullah s.a.w. itu?” Anas menjawab: “Ya, ada.” (Riwayat Bukhari)
Dari Anas r.a., katanya; “Ketika ahli Yaman datang, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Orang-orang Yaman sudah datang padamu semua dan mereka itulah pertama-tama orang yang datang dengan melakukan berjabatan tangan.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dari al-Bara’ r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada dua orang Muslimpun yang bertemu lalu keduanya berjabatan tangan, melainkan keduanya itu diampuni dosanya oleh Allah sebelum keduanya itu berpisah.” (Riwayat Abu Dawud)
Dari Shafwan bin ‘Assal r.a., katanya: “Ada seorang Yahudi berkata kepada sahabatnya: “Marilah bersama kami pergi ketempat Nabi ini,” yang dimaksudkan ialah Nabi Muhammad s.a.w. Keduanya mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu menanyakan perihal sembilan ayat-ayat yang terang.” Shafwan seterusnya menguraikan hadits ini sampai ucapannya: “Lalu orang-orang -yakni dua orang Yahudi serta para hadirin yang ada di situ- sama mencium tangan dan kaki beliau s.a.w. dan keduanya berkata: “Kita semua menyaksikan bahwa Anda adalah seorang Nabi.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dengan isnad-isnad shahih.
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, ia menyebutkan sesuatu cerita yang di dalamnya ia mengatakan: “Lalu kita semua mendekat kepada Nabi s.a.w. kemudian kita mencium tangan beliau itu.” (Riwayat Abu Dawud)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Zaid bin Haritsah datang di Madinah dan beliau s.a.w. sedang ada dalam rumahku. Zaid mendatanginya lalu mengetuk pintu, kemudian Nabi s.a.w. berdiri untuk menyambutnya -karena Zaid baru datang dari berpergian- lalu beliau s.a.w. menarik bajunya terus merangkul serta menciumnya.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Zar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau menghinakan -meremehkan- sesuatu dari perbuatan baik sekalipun jikalau engkau sewaktu bertemu dengan saudaramu itu lalu menunjukkan muka yang manis berseri-seri.” (Riwayat Muslim)
Dari hadits2 Nabi di atas jelas berjabat-tangan itu sunnah Nabi. Kalau ada yg bilang bid’ah, mungkin dia belum baca hadits2 di atas.
Jika kta belajar ilmu fiqih, insya Allah kita paham bahwa sholat itu dimulai dgn Takbirotul Ihram dan diakhiri dgn salam. Artiny setelah Takbirotul IHRAM, haram melakukan gerakan dan ucapan di luar sholat. Kalau ada, batal sholatnya. Setelah Salam, sholat pun berakhir. Kita bebas melakukan apa saja. Mau ke kamar kecil boleh, berjabat tangan juga boleh. Tak semua yg tidak pernah dilakukan Nabi itu bid’ah sesat dan masuk neraka. Contohnya saat sebelum sholat jum’at pengurus masjid/imam mengumumkan ke jema’ah agar mematikan HP, meski Nabi tak pernah melakukan itu, tidak berarti pengurus masjid/imam tsb melakukan bid’ah sesat dan masuk neraka

Wahabi Tuduh Muslim Lebih Syirik dari Musyrikin Quraisy Mekkah

 

Ini adalah pendapat pendiri gerakan Wahhabi, Muhammad bin Abdul Wahhab dari situs Wahabi sendiri, yaitu muslim.or.id. Yang jadi pertanyaan: Kalau ummat Islam di Mekkah dan Madinah itu Musyrik bahkan kemusyrikannya melebihi kaum kafir Quraisy Mekkah yang menyembah berhala, lalu di manakah ummat Islam yang lurus? Apakah cuma Muhammad bin Abdul Wahhab dan segelintir pengikutnya saja yang lurus atau tidak musyrik?

Ummat Islam lebih Musyrik dari Kaum Musyrikin Mekkah Penyembah Berhala?

Ini tulisannya:
Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di Jazirah Arab.
Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat bahaya.” Dalilnya firman Allah:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik.” (QS. al-Ankabut: 65)
Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada Allah dan melupakan berhala atau sesembahan mereka baik dari orang sholeh, batu dan pepohonan, namun saat mereka telah selamat sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik. Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik dalam setiap saat.
Kaum Wahabi memakai ayat-ayat Al Qur’an yang Asbabun Nuzulnya berkaitan dengan kaum kafir Quraisy yang menyembah berhala untuk mengkafirkan ummat Islam sebagai Musyrik. Satu hal yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi, sahabat, dan para Ulama Salaf.
Setelah menuduh ummat Islam sebagai Musyrik, bersama Muhammad bin Saud dan dibantu oleh dana dan senjata Inggris, Wahabi memerangi dan membunuh ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb dengan dalih memurnikan agama Islam. Ummat Islam yang menentangnya difitnah sebagai Musuh Allah, Musuh Islam, Musuh Tauhid, dan sebagainya.
Mengkafirkan ummat Islam itu besar dosanya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Insya Allah ummat Islam adalah ummat yang menjunjung Tauhid. Jika pun ada yang sesat, jumlahnya amat kecil/minoritas. Tidak bisa menisbatkan/menggeneralisasi kesesatan/kemusyrikan kepada mayoritas/jama’ah Muslim. Nabi tidak pernah mengkhawatirkan ummat Islam akan jadi musyrik sebagaimana Wahabi:
Dari Uqbah bin Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke mimbar lalu bersabda: “Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga. Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba dalam mengejar keduniaan.” Uqbah berkata: “Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w.” (Muttafaq ‘alaih)
Wahabi “mengkhawatirkan” dan menuduh ummat Islam musyrik agar punya dalih untuk memerangi ummat Islam.
Muhammad bin Saud sebagai pemimpin Dir’iyah waktu itu mendatangi tempat di mana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang, maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja sama dalam menegakkan agama Allah.
http://muslim.or.id/manhaj/apa-itu-wahabi-1.html
Dengan bersekutu dengan penguasa yang memerangi ummat Islam dengan dibantu kaum kafir harbi Inggris, cukuplah hadits Nabi ini menggambarkan siapa Muhammad bin Abdul Wahhab itu:
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)

Siapa Musuh Wahabi? Orang Kafir apa Ummat Islam?

Coba kita lihat tulisan Wahabi yang menggambarkan bagaimana Muhammad bin Abdul Wahhab mendapat tentangan dari “Musuh-musuhnya”:
Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.
Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-’am: 112)
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.
Wahabi berusaha menyamakan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Nabi Muhammad dalam menghadapi “Musuh-musuhnya”. Yang tidak dipahami Wahabi adalah musuh Nabi Muhamad itu adalah orang-orang KAFIR. Bukan ummat Islam.
Sementara yang jadi Musuh Wahabi dan dibantai serta dicaci-maki Wahabi itu adalah ummat Islam. Bukan kaum kafir seperti Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, dsb.
Kalau kita benar-benar belajar sejarah, niscaya kita paham tulisan Wahabi di atas adalah tidak benar dan mengandung kepalsuan.
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Berdasarkan hadits Nabi di atas, tak heran para ulama termasuk Sulayman, kakak kandung dari Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan ayah MAW sendiri menentang “Dakwah” MAW karena mereka menganggapnya sesat. Namun para ulama tsb difitnah kaum Wahabi sebagai Musuh Tauhid, Musuh Allah, Musuh Islam, dsb.

Penentang Dajjal atau Fitnah dari Najd?

Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.
Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal.” (HR. Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)
Di situ penulis Wahabi berusaha mengklaim bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di Najd itu sebagai pembaharu karena berasal dari Bani Tamim dgn dalil bahwa Bani Tamim adalah terkuat dalam menentang Dajjal. Masalahnya Dajjal belum muncul. Dan yang mengalahkan Dajjal adalah Nabi Isa dan Imam Mahdi. Kaum Najd (termasuk ayah dan kakak MAW) sebetulnya menentang MAW, di situlah kebenarannya. Jadi keliru menganggap Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai Penentang Dajjal karena Dajjal belum ada.
Ada pun Muhammad bin Abdul Wahhab yang banyak menimbulkan fitnah ini lebih sesuai dengan hadits2 di bawah. Sayangnya hadits-hadits ini disembunyikan oleh kaum Wahabi:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)

حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]

Tak Semua Mengikuti Tradisi Kafir itu Tasyabbuh

Tidak semua mengikuti orang2 kafir itu adalah Tasyabbuh dgn orang2 kafir.
 
Contohnya Abu Jahal dan Abu Lahab pakai gamis. Kalau kita pakai gamis, apakah kita tasyabbuh dgn mereka?
Kaum Yahudi dan Nasrani memanggil ummatnya untuk beribadah dgn terompet dan bel. Apakah ummat Islam memanggil ummatnya dgn Azan itu artinya Tasyabbuh?
Kaum Kafir Quraisy sya’i di Shafa dan Marwah. Apakah saat ummat Islam melakukan itu artinya Tasyabbuh?
Kaum kafir Quraisy dan Yahudi puasa Asyura, apakah ummat Islam melakukan itu artinya Tasyabbuh?
Kaum Yahudi dan Nasrani bikin penanggalan/kalender Yahudi dan Masehi. Apakah ummat Islam bikin Kalendar Hijriyah itu artinya Tasyabbuh / Menyerupai orang2 kafir?
Kaum Nasrani kumpul2 dgn pendetanya tiap minggu dan Yahudi tiap Sabtu. Apakah saat ada Muslim kumpul2 dgn ustad/syekhnya Tasyabbuh?
Sekarang banyak orang Islam pakai mobil, pakai komputer, dan Fesbukan. Apakah itu artinya Tasyabbuh?
Orang2 Yahudi dan Nasrani melakukan pembukuan (menjilid) Kitab Sucinya jadi buku cetak. Saat ummat Islam di zaman Khalifah Abu Bakar dan Usman melakukan itu, apakah itu tasyabbuh?
Jadi jangan perhatikan hari2nya. Coba perhatikan silaturrahim, zikir Tahlil, doa, bacaan Al Qur’an, dsb. Apa iya orang Hindu melakukan itu? Beda bukan? Jadi itu bukan Tasyabbuh.
Dalam beragama kita selain merujuk pada Al Qur’an dan Hadits, juga harus menggunakan akal agar bisa memahaminya. Sebab hanya orang berakal yang bisa memahami petunjuk Allah:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” [Ar Ra'd 19]
“…Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” [Ar Ruum 28]
Kaum Nasrani memakai lonceng, kaum Yahudi dengan terompet, sementara ummat Islam dengan azan:
Ibnu Umar berkata, “Ketika kaum muslimin datang di Madinah, mereka berkumpul. Lalu, mereka menentukan waktu shalat, sedang belum ada panggilan untuk shalat (azan). Pada suatu hari mereka memperbincangkan hal itu. Sebagian dari mereka berkata, ‘Ambillah lonceng seperti lonceng (gereja) orang-orang Kristen.’ Sebagian mereka berkata, ‘Bahkan, terompet saja seperti terompet orang-orang Yahudi.’ Umar berkata, ‘Apakah kalian tidak mengutus seorang laki-laki yang memanggil untuk shalat? Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai Bilal, berdirilah, panggilah (azanlah) untuk shalat!’” [HR Bukhari]
Mengubah Tradisi Orang Kafir Menjadi Syiar Islam
Mengubah Tradisi Orang Kafir jadi Satu Tradisi Islam bukan berarti Tasyabbuh atau Bid’ah. Bisa jadi itu adalah Syiar Islam. Ini Nabi lakukan dgn mengubah Puasa Asyura yang biasa dilakukan kaum kafir jadi Puasa Sunnah. Begitu pula dengan mengelilingi Ka’bah yang biasa dilakukan orang kafir dengan Thawaf:
“Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah pun melakukannya pada masa jahiliyyah.
Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.” (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
“Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari asyura. Beliau bertanya:”Apa ini?” Mereka menjawab:”Sebuah hari yg baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.
Maka beliau (rasulullah) menjawab:”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” (HSR Bukhari 4/244, 6/429)
Jadi terhadap tradisi 7 Hari atau pun Maulid, jangan kita menuduhnya Bid’ah. Itu adalah satu Syiar Islam sehingga orang2 yang tidak biasa mengaji pun bisa diberi ceramah soal Islam.
Apakah kita bisa seenaknya membuat bid’ah? Tidak juga.
Kita harus paham bahwa tradisi 7 hari atau pun Maulid itu bukan ibadah qoth’i yang jelas rukun-rukunnya seperti sholat atau pun puasa. Boleh dikata, itu bukan ibadah. Tapi muamalah. Jadi tak bisa dikatakan bid’ah.
Menjenguk orang sakit atau pun melayat orang yang meninggal dan keluarganya itu ada dalilnya. Begitu pula menyambung silaturahmi itu ada perintahnya. Jadi kita tak bisa menganggap tradisi 7 hari sebagai bid’ah dan melarangnya.
Tanpa kebijakan Wali Songo yg mengubah tradisi rakyat Indonesia 7 hari yg diubah jadi tahlilan/syiar Islam dgn mengucapkan 2 kalimat syahadat, bisa jadi rakyat Indonesia masih beragama Hindu sampai sekarang karena tak ada Syiar Islam yang dilakukan….
Memperingati kelahiran Nabi dengan Maulid Nabi juga bukan bid’ah karena itu bukan ibadah. Tapi muamalah. Nabi sendiri pernah memperingati hari kelahirannya, yaitu dengan berpuasa di hari Senin (puasa Senin Kamis) karena beliau lahir hari senin.
Lalu kenapa kita tidak puasa hari Senin saja seperti Nabi untuk memperingati hari lahir Nabi? Itu bisa dilakukan dan sebagian Muslim memang mengerjakan puasa Senin Kamis. Namun jika mengadakan acara Maulid Nabi juga tidak bisa itu dikatakan bid’ah karena itu bukan ibadah. Tapi Muamalah.
Sultan Salahuddin Al Ayyubi dan mayoritas ulama Islam di seluruh dunia sepakat merayakan Maulid Nabi. Mereka mengisinya dengan Syiar Islam dan pembacaan sejarah perjuangan Nabi mulai dari lahir hingga wafatnya. Dengan cara itu, ummat Islam mengenal Nabi Muhammad dan bangkit semangat juangnya sehingga bisa mengalahkan pasukan Salib.
Para sahabat sempat enggan melakukan sya’i di Shafa dan Marwa karena takut berdosa mengingat Shafa dan Marwa adalah bekas tempat berhala dan orang-orang kafir dulu biasa Sya’i di situ. Mereka takut tasyabbuh/meniru kebiasaan orang kafir. Namun itu adalah 1 Syiar Islam sehingga Allah menurunkan ayat di bawah:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah 158]
‘Ashim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas berkata: “Kami berpndapat bahwa thawaf antara Shafa dan Marwah adalah upacara di jaman Jahiliyyah, dan ketika Islam datang, kami tidak melakukannya lagi.” Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 158) yang menegaskan hukum Sa’i dalam Islam (Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari ‘Ashim bin Sulaiman.)
Ibnu Abbas menerangkan bahwa syaitan-syaitan di jaman Jahiliyyah berkeliaran pada malam hari antara Shafa dan Marwah. Dan di antara kedua tempat itu terletak berhala-berhala mereka. Ketika Islam datang, berkatalah kaum Muslimn kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah kami tidak akan berthawaf antara Shafa dan Marwah, karena upacara itu biasa kami lakukan di jaman Jahiliyyah.” Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 158). (Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Apa itu tidak tasyabbuh/menyerupai orang-orang kafir? Tidak! Beda! Karena jika kaum kafir mereka menyembah berhala, sementara Islam menyembah Allah. Itu adalah perbedaan yang besar.
Kaum Nasrani punya Kalender/Penanggalan Masehi. Saat para sahabat membuat Kalender Hijriyah, itu bukan tasyabbuh yang diharamkan. Tapi memang untuk mempermudah kehidupan.
Kalau kita baca hadits tentang asal muasal azan juga begitu. Panggilan ibadah untuk umum sudah dilakukan oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Jika ummat Islam melakukan panggilan ibadah juga, itu bukan tasyabbuh. Karena tetap ada perbedaannya. Kaum Nasrani memakai lonceng, kaum Yahudi dengan terompet, sementara ummat Islam dengan azan:
Ibnu Umar berkata, “Ketika kaum muslimin datang di Madinah, mereka berkumpul. Lalu, mereka menentukan waktu shalat, sedang belum ada panggilan untuk shalat (azan). Pada suatu hari mereka memperbincangkan hal itu. Sebagian dari mereka berkata, ‘Ambillah lonceng seperti lonceng (gereja) orang-orang Kristen.’ Sebagian mereka berkata, ‘Bahkan, terompet saja seperti terompet orang-orang Yahudi.’ Umar berkata, ‘Apakah kalian tidak mengutus seorang laki-laki yang memanggil untuk shalat? Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai Bilal, berdirilah, panggilah (azanlah) untuk shalat!’” [HR Bukhari

Putra Mahkota Charles: ‘Kehancuran Manusia di Dunia karena Bertentangan dengan Islam’

Pangeran Charles: ‘Kehancuran Manusia di Dunia karena Bertentangan dengan Islam’

LONDON (SALAM-ONLINE): Laporan dari Inggris mengungkapkan bahwa Pangeran Charles, pewaris tahta kerajaan Inggris yang mengunjungi Arab Saudi saat ini dalam turnya di Timur Tengah, mencoba belajar bahasa Arab sejak enam bulan lalu agar bisa membaca Al-Qur’an dalam bentuk aslinya. Juga, bisa berbicara beberapa kata bahasa Arab ketika kunjungannya ke timur tengah. Sang Pangeran disebutkan sangat tertarik dengan wilayah tersebut.

Menurut surat kabar Sabaq, ketika berada di sebuah acara di Qatar untuk orang-orang yang telah lulus dari universitas-universitas Inggris, Charles merasa kesulitan untuk menyerap bahasa Arab.

Ia mengatakan, “Bahasa tersebut masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga yang lain.” Sebelumnya ia telah memulai studi bahasa Arab namun keburu menyerah karena ketidakmampuannya untuk menyimpan sesuatu dari kata-kata Arab.

Salah satu ajudannya menyebutkan bahwa Pangeran sangat ingin belajar bahasa Arab, dalam upaya agar bisa membaca Al-Qur’an, teks Arab, mempelajari Islam, dan untuk memberikan kontribusi dari bantuan yang ia berikan selama kunjungannya di Timur Tengah, tanpa perlu untuk diterjemahkan ketika ia berada di masjid-masjid, atau mesium-mesium Islam.

Mengapa Pangeran Charles begitu antusiasnya mempelajari Islam dan bahasa Arab? Benarkah dia dikabarkan sudah masuk Islam sejak beberapa tahun lalu?

Putra Mahkota Kerajaan Inggris ini, mengakui prinsip-prinsip Islam dapat menyelamatkan dunia. Dalam ceramahnya selama satu jam di hadapan para sarjana studi Islam di Oxford, 10 Juni 2010 lalu, Pangeran Charles berargumen bahwa kehancuran manusia di dunia terutama karena bertentangan dengan Islam. Karena itu, ia mendesak dunia untuk mengikuti prinsip-prinsip Islam.

Wartawan Middle East Quarterly, Ronni L. Gordon dan David M. Stillman pada 1997 menunjukkan bukti-bukti bahwa Pangeran Charles masuk Islam secara rahasia.

Pernyataannya ini didasarkan atas bukti-bukti bahwa:
Pangeran Charles selalu membawa nilai-nilai Islam dalam public opinion-nya, seperti: membela hukum Islam, memuji status wanita Muslim, merujuk Islam sebagai solusi untuk mengobati penyakit-penyakit masyarakat Britain.

Dan tindakan-tindakan Pangeran Charles mencerminkan kekagumannya pada Islam, dengan membentuk “Panel 12”, sebuah dewan penasihat yang memberikan advice kepadanya tentang Islam dan budaya Islam. Wallahu A’lam. 
Sumber: eramuslim & ROL (salam-online)

@[277492402373752:274:Ustadz Cinta]  @[355090501248264:274:Alhamdulillah I Am Muslim]

@[188479617831866:274:Marilah Sholat, STOP Fesbuk Saat Adzan]


LONDON (SALAM-ONLINE): Laporan dari Inggris mengungkapkan bahwa Pangeran Charl...es, pewaris tahta kerajaan Inggris yang mengunjungi Arab Saudi saat ini dalam turnya di Timur Tengah, mencoba belajar bahasa Arab sejak enam bulan lalu agar bisa membaca Al-Qur’an dalam bentuk aslinya. Juga, bisa berbicara beberapa kata bahasa Arab ketika kunjungannya ke timur tengah. Sang Pangeran disebutkan sangat tertarik dengan wilayah tersebut.

Menurut surat kabar Sabaq, ketika berada di sebuah acara di Qatar untuk orang-orang yang telah lulus dari universitas-universitas Inggris, Charles merasa kesulitan untuk menyerap bahasa Arab.

Ia mengatakan, “Bahasa tersebut masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga yang lain.” Sebelumnya ia telah memulai studi bahasa Arab namun keburu menyerah karena ketidakmampuannya untuk menyimpan sesuatu dari kata-kata Arab.

Salah satu ajudannya menyebutkan bahwa Pangeran sangat ingin belajar bahasa Arab, dalam upaya agar bisa membaca Al-Qur’an, teks Arab, mempelajari Islam, dan untuk memberikan kontribusi dari bantuan yang ia berikan selama kunjungannya di Timur Tengah, tanpa perlu untuk diterjemahkan ketika ia berada di masjid-masjid, atau mesium-mesium Islam.

Mengapa Pangeran Charles begitu antusiasnya mempelajari Islam dan bahasa Arab? Benarkah dia dikabarkan sudah masuk Islam sejak beberapa tahun lalu?

Putra Mahkota Kerajaan Inggris ini, mengakui prinsip-prinsip Islam dapat menyelamatkan dunia. Dalam ceramahnya selama satu jam di hadapan para sarjana studi Islam di Oxford, 10 Juni 2010 lalu, Pangeran Charles berargumen bahwa kehancuran manusia di dunia terutama karena bertentangan dengan Islam. Karena itu, ia mendesak dunia untuk mengikuti prinsip-prinsip Islam.

Wartawan Middle East Quarterly, Ronni L. Gordon dan David M. Stillman pada 1997 menunjukkan bukti-bukti bahwa Pangeran Charles masuk Islam secara rahasia.

Pernyataannya ini didasarkan atas bukti-bukti bahwa:
Pangeran Charles selalu membawa nilai-nilai Islam dalam public opinion-nya, seperti: membela hukum Islam, memuji status wanita Muslim, merujuk Islam sebagai solusi untuk mengobati penyakit-penyakit masyarakat Britain.

Dan tindakan-tindakan Pangeran Charles mencerminkan kekagumannya pada Islam, dengan membentuk “Panel 12”, sebuah dewan penasihat yang memberikan advice kepadanya tentang Islam dan budaya Islam. Wallahu A’lam.
Sumber: eramuslim & ROL (salam-online)

50 SEN TANDA KOMANDO KITA DAH SAMPAI RUMAH KIRAM

 



Gempar, seluruh filipina hari ni gempar apabila seorang budak menunjukan wang syiling 50sen yang baru milik Malaysia yang diberikan kepadanya dihadapan rumah Kiram oleh seorang lelaki yang menaiki sebuah kereta berwarna hitam dan mengambil gambar rumah Kiram dari Jarak Dekat
Mau terkencing Kiram bila tengok budak ni pegang Syiling 50 Sen Malaysia..
hahahahahhaha
Teringat aku masa Komando kita letak setem Malaysia di Kompleks Pertahanan Udara Singapura
Di Bukit batok

RENUNG SEKETIKA

[RENUNG SEKETIKA] --> http://bit.ly/15wHQZB

ANAK: "Ayah, boleh adik tanya satu soalan?"
AYAH: "Boleh, apa dia?"
ANAK: "Ayah, berapa gaji ayah sejam?"
AYAH: "Kenapa adik tanya?"
ANAK: "Saja adik nak tahu... Berapa ayah?"
AYAH: "Gaji ayah RM100 sejam"
ANAK: "Oh! (Sambil menundukkan kepala).
ANAK: "Ayah, boleh adik pinjam RM50?"
Ayah pun berasa geram...
AYAH: "Kalau alasan adik bertanya gaji ayah tadi hanya untuk meminjam duit untuk membeli mainan, lupakan saja. Fikirkan kelakuan adik...Kenapa adik mementingkan diri sangat? Ayah bekerja kuat untuk kita sekeluarga."

Adik pun masuk ke biliknya dengan perasaan sedih.
Ayah pula berasa sangat marah dengan kelakuan anaknya itu. Berani anaknya bertanya soalan sebegitu hanya untuk meminta duit?
Selang sejam kemudian, ayah pun kembali tenang, dan kembali berfikir dengan rasionalnya:
Mungkin adik betul-betul memerlukan duit RM50 tersebut dan lagipun bukan selalu juga adik meminta duit. Ayah pun pergi ke bilik anaknya itu...

AYAH: "Adik, adik dah tidur?"

ANAK: "Tidak ayah, masih bangun lagi ni".
AYAH: "Ayah telah berfikir, mungkin ayah terlalu tegas dengan adik tadi. Ayah sungguh penat di tempat kerja tadi sebab itu mood ayah tidak baik. Nah, ini duit RM50 yang adik minta..."

Adik pun berasa sangat gembira...
ANAK: "Oh, terima kasih ayah!"
Selepas itu, adik pun menyelak bantal tidurnya dan mengeluarkan beberapa helai wang kertas yang dikumpulnya. Ayah yang melihat adik sudahpun mempunyai duit, mulai berasa sangat marah. Adik pula dengan perlahannya menghitung jumlah duitnya...
AYAH: "Kenapa adik meminta lagi duit kalau adik sudah ada duit?"

ANAK: "Sebab duit adik tadi tak cukup, sekarang baru cukup..."

"Ayah, adik ada RM100 sekarang. Boleh adik membeli sejam dari masa ayah? Ayah pulanglah awal ke rumah esok. Adik teringin sangat nak makan malam dengan ayah..."
Si ayah pun berasa sangat terharu. Dia pun memeluk anak kecilnya itu dan meminta maaf.


Ini adalah peringatan untuk mereka yang bekerja sangat kuat di dalam hidup. Kita seharusnya tidak membiarkan masa berlalu begitu sahaja tanpa menghabiskannya dengan orang yang penting dalam hidup kita; orang yang dekat di hati kita. Sentiasalah ingat bahawa apalah saja nilainya RM100 sejam tersebut kalau dibandingkan dengan nilai sejam bersama orang tersayang? Kalau kita meninggal esoknya, tempat kita bekerja dengan senangnya akan mencari pengganti kita. Tetapi, keluarga dan sahabat handai yang kita tinggalkan akan terasa kehilangan kita untuk seumur hidup. Dan kalau difikirkan lagi, kita memang sentiasa mendekatkan diri kita di tempat kerja berbanding dekat dengan keluarga kita.

Sesetengah perkara adalah lebih penting dari kerja...

@[309006889132861:274:Emas Putih[dot\]Com]


ANAK: "Ayah, boleh adik tanya satu soalan?"
AYAH: "Boleh, apa dia?"
ANAK: "Ayah, berapa gaji ayah sejam?"
... AYAH: "Kenapa adik tanya?"
ANAK: "Saja adik nak tahu... Berapa ayah?"
AYAH: "Gaji ayah RM100 sejam"
ANAK: "Oh! (Sambil menundukkan kepala).
ANAK: "Ayah, boleh adik pinjam RM50?"
Ayah pun berasa geram...
AYAH: "Kalau alasan adik bertanya gaji ayah tadi hanya untuk meminjam duit untuk membeli mainan, lupakan saja. Fikirkan kelakuan adik...Kenapa adik mementingkan diri sangat? Ayah bekerja kuat untuk kita sekeluarga."

Adik pun masuk ke biliknya dengan perasaan sedih.
Ayah pula berasa sangat marah dengan kelakuan anaknya itu. Berani anaknya bertanya soalan sebegitu hanya untuk meminta duit?
Selang sejam kemudian, ayah pun kembali tenang, dan kembali berfikir dengan rasionalnya:
Mungkin adik betul-betul memerlukan duit RM50 tersebut dan lagipun bukan selalu juga adik meminta duit. Ayah pun pergi ke bilik anaknya itu...

AYAH: "Adik, adik dah tidur?"

ANAK: "Tidak ayah, masih bangun lagi ni".
AYAH: "Ayah telah berfikir, mungkin ayah terlalu tegas dengan adik tadi. Ayah sungguh penat di tempat kerja tadi sebab itu mood ayah tidak baik. Nah, ini duit RM50 yang adik minta..."

Adik pun berasa sangat gembira...
ANAK: "Oh, terima kasih ayah!"
Selepas itu, adik pun menyelak bantal tidurnya dan mengeluarkan beberapa helai wang kertas yang dikumpulnya. Ayah yang melihat adik sudahpun mempunyai duit, mulai berasa sangat marah. Adik pula dengan perlahannya menghitung jumlah duitnya...
AYAH: "Kenapa adik meminta lagi duit kalau adik sudah ada duit?"

ANAK: "Sebab duit adik tadi tak cukup, sekarang baru cukup..."

"Ayah, adik ada RM100 sekarang. Boleh adik membeli sejam dari masa ayah? Ayah pulanglah awal ke rumah esok. Adik teringin sangat nak makan malam dengan ayah..."
Si ayah pun berasa sangat terharu. Dia pun memeluk anak kecilnya itu dan meminta maaf.


Ini adalah peringatan untuk mereka yang bekerja sangat kuat di dalam hidup. Kita seharusnya tidak membiarkan masa berlalu begitu sahaja tanpa menghabiskannya dengan orang yang penting dalam hidup kita; orang yang dekat di hati kita. Sentiasalah ingat bahawa apalah saja nilainya RM100 sejam tersebut kalau dibandingkan dengan nilai sejam bersama orang tersayang? Kalau kita meninggal esoknya, tempat kita bekerja dengan senangnya akan mencari pengganti kita. Tetapi, keluarga dan sahabat handai yang kita tinggalkan akan terasa kehilangan kita untuk seumur hidup. Dan kalau difikirkan lagi, kita memang sentiasa mendekatkan diri kita di tempat kerja berbanding dekat dengan keluarga kita.

Sesetengah perkara adalah lebih penting dari kerja...