KISAH NYATA, GAJI PEMIMPIN di era PARA SAHABAT

Pemimpin itu adalah Pengemban Amanah, yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi Kepentingan Masyarakat, jadi sangat keliru jika bertujuan, untuk mencari Penghasilan, Popularitas atau Kekuasaan.

Dalam persoalan Kepemimpinan, sudah sewajarnya apabila kita menteladani Para Sahabat Rasululah, sebagaimana Kisah berikut ini :

Amir Yang Faqir

Khalifah Umar bin Khattab, memerintahkan utusan dari kota Homs Suriah, untuk menuliskan nama-nama faqir miskin yang ada di kota tersebut.
Setelah daftar faqir miskin itu selesai, terkejutlah sang Khalifah. Hal ini dikarenakan terdapat nama Said bin Amir yang merupakan Amir (Pemimpin) di daerah itu.
Amir kalian seorang yang faqir ?” Tanya Umar tidak percaya.
“ Ya, Amirul Mukminin…”, jawab utusan itu.
Mendengar itu, dengan terharu diberinya uang sebesar seribu dinar kepada utusan itu. Kemudian Khalifah Umar berkata : “Serahkan harta ini kepada Amir kalian, agar Ia bisa hidup mencukupi.”
Ketika utusan itu datang menemui Said bin Amir. Said bin Amir, yang merupakan salah seorang Sahabat Rasulullah, langsung berujar : “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun,” teriaknya seolah mendapat musibah.
Segera setelah itu, ia bersama isterinya membagi-bagikan seluruh harta yang ia dapatkan, kepada faqir miskin yang ada di kota Homs.



Generasi Anti Korupsi
Pemimpin yang dipandu dan dipilih berdasarkan kacamata syari’ah, telah terbukti memunculkan “clean government” di tengah-tengah masyarakat yang dipimpinnya.
Sejarah mencatat Abu Bakar ash-Shiddiq ra., saat menjadi Khalifah, selama dua tahun tiga bulan masa pemerintahannya, dengan wilayah terbentang dari Mesir hingga Persia, hanya menghabiskan 8.000 dirham dari Baitul Maal.
Bahkan, Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah, sering melakukan pinjaman kepada Baitul Maal, tatkala gajinya tidak cukup untuk memenuhi keperluan kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat berbeda dengan pemimpin masa sekarang, yang telah memiliki penghasilan yang “sangat besar”, akan tetapi demi memenuhi kehidupannya yang mewah, masih berusaha mencari celah untuk “korupsi dan berkolusi”.

sumber : kanzunqalam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan