Siapa Bilang Pasukan AS Menang di Marjah? Taliban Masih Berkuasa
Beberapa bulan yang lalu, sekitar 10.000 pasukan AS, NATO dan militer Afghanistan menggelar Operasi Mustarak di Provinsi Helmand untuk memberangus militan Taliban. Kota Marjah di provinsi itu menjadi ajang pertempuran sengit antara pasukan NATO melawan Taliban. Setelah hampir sebulan bertempur, pasukan NATO mengklaim Operasi Mustarak sukses dan mereka berhasil memukul mundur pasukan Taliban. Sekarang pasukan NATO mengalihkan target operasinya untuk memburu Taliban ke kota Kandahar, di selatan Afghanistan. Tapi benarkah Taliban sudah makin melemah karena terus didesak pasukan koalisi AS dan militer Afghanistan?
Faktanya, di kota Marjah, ibukota Provinsi Helmand, Taliban dengan bebas lalu lalang dan masih bisa menanam bom-bom jebakan. Bahkan di wilayah Lashkar Gah yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari Marjah, menurut para penduduk, yang lebih berkuasa adalah Taliban dan bukan pemerintahan lokal.
Warga setempat mengatakan, kehadiran Taliban di provinsi Helmand masih kuat, meski mereka kehilangan Marjah yang selama bertahun-tahun dikuasai dan menjadi basis kekuatan Taliban.
"Lihatlah ke menara TV itu. Disana masih ada sisa-sisa pasukan Taliban. Mereka masih ada di berbagai penjuru kota. Mereka menyimpan senjatanya di rumah dan masuk ke dalam kota," kata Abdul Latif, warga Lashkar Gah yang berprofesi sebagai guru. Saat bicara, ia menutup mukanya dengan kain karena tidak mau terlihat seperti teman terhadap orang-orang asing yang datang ke kota itu.
Gubernur Helmand, Gulab Mangal mengakui bahwa Taliban masih menguasai tiga dari 13 distrik di provinsinya. Di distrik Baghran, kepala distrik yang ditunjuk Mangal, Abdul Razik tidak berani masuk ke wilayah distriknya karena akan berhadapan dengan Taliban. Ia akhirnya berkantor di luas Lashkar Gah dan hanya mampu menelpon para pemuka masyarakat di Baghran agar mencoba melakukan pendekatan pada Taliban.
"Bagaimana saya bisa pergi ke distrik saya yang berada di bawah kontrol Taliban. Kami tidak punya tentara atau polisi yang jumlahnya cukup untuk melindungi saya. Saya tidak bisa pergi sendirian ke sana," kata Razik.
Di Distrik Musa Qala, pemerintahan lokal memang memegang kendali kota utama di distrik itu, tapi kelompok Taliban setiap minggu menggelar pengadilan di distrik untuk mengatur masalah properti dan persoalan-persoalan warga lainnya.
Kondisi ini menunjukkan betapa rapuhnya kekuasaan NATO di provinsi Helmand, bukan hanya di Marjah tapi di distrik-distrik lainnya. Michael Scheuer, mantan agen CIA yang pernah ditugaskan untuk memburu Usamah bin Ladin-pimpinan Al-Qaida-mengingatkan agar NATO tidak berlebihan mengklaim kemenangan di Marjah, karena kemenangan itu bisa jadi cuma sementara.
Dalam sebuah wawancara, Gubernur Helmand, Gulab Mangal menyebut Marjah sebagai proyek uji coba dalam menciptakan pemerintahan yang baik. Jika proyek ini berhasil, harapannya masyarakat akan menentang kehadiran Taliban bahkan bisa merekrut para militan Taliban.
Tapi rakyat Afghanistan skeptis. Apalagi dengan ditunjuknya pemimpin distrik Marjah yang baru, Abdul Zahir. Zahir memiliki catatan hitam di negara Jerman. Ia pernah diadili dan dipenjara di Jerman dengan tuduhan percobaan pembunuhan.
Mantan gubernur Helmand, Sher Mohammed Akhundzada yang mendukung operasi militer pasuka NATO di Marjah juga mengingatkan bahaya korupsi yang makin meluas di Marjah, yang akan membuat kemenangan atas kota itu menjadi kekalahan.
"Taliban masih di sini. Mereka cuma menyingkir ke distrik lainnya, antara lain ke Grishk dan Sangin," ujar Akhundzada.
"Pemerintahan di Helmand umumnya korup dan tak ada yang berubah di Marjah. Tidak ada sinyal reformasi dengan penunjukan pimpinan baru di kota itu, " sambung Akhundzada yang pernah berkuasa di Marjah selama dua dekade. (ln/yn)
SUMBER :WWW.ERAMUSLIM.COM
Tiada ulasan:
Catat Ulasan