.oleh AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT pada pada 22hb Disember 2010 pukul 11.01 pagi.
Tulisan ini sangat penting dan sangat mendesak untuk menghindari tipu daya kaum Wahhabi.
Perhatikan, ada dua orang bernama Abu Ya’la, keduanya orang berbeda, yang pertama adalah ulama terkemuka ahli hadits di kalangan Ahlussunnah, sementara yang ke dua adalah seorang Musyabbih (seorang yang sesat; menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) yang seringkali menjadi rujukan utama bagi orang Wahabi dalam menetapkan keyakinan sesat mereka.
Perhatikan;
Orang Pertama:
Nama: Abu Ya’la ahli hadits bernama; Ahmad bin Ali bin al Mutsanni bin Yahya bin Isa al Maushiliy, penulis kitab Musnad (Dikenal dengan kitab Musnad Abi Ya’la al Maushili), lahir tahun 210 H, wafat tahun 307 H (satu pendapat mengatakan wafat tahun 306 H).
Guru-guru: Di antaranya Imam-imam Ahli hadits terkemuka berikut ini; Ali bin al Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yahya bin Sa’id al Qaththan, Abu Bakr bin Abi Syaibah, dan lainnya.
Murid-murid: Di antaranya Imam-imam ahli hadits terkemuka berikut ini; an Nasa’i, Ibnu Adiy, Abu Hatim, Abu asy-Syaikh, Abu Bakr bin al Muqri’, ath-Thabarani, dan lainnya.
Orang Ke Dua:
Nama: Muhammad bin al Husain bin Muhammad bin Khalaf bin Ahmad al Baghdadi al Hanbali, dikenal dengan sebutan al Qadli Abu Ya’la al Hanbali. Lahir tahun 380 H, wafat 458 H.
Al Qadli Abu Ya’la ini dikenal sebagai orang yang menyebarkan faham tasybih, bahkan salah seorang yang paling bertanggungjawab atas kerusakan Madzhab Hanbali. Orang inilah yang telah “menyuntikan penyakit” akidah tasybih di dalam madzhab Hanbali, dia banyak menuliskan akidah tasybih lalu dengan BOHONG BESAR ia mengatakan bahwa itu semua adalah aqidah Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam al Hafizh Ibn al Jawzi (w 597 H) berkata:
Aku melihat ada beberapa orang dalam madzhab Hanbali ini yang berbicara dalam masalah aqidah dengan pemahaman-pemahaman yang ngawur. Ada tiga orang yang menulis karya terkait dengan masalah ini, yaitu; Abu Abdillah bin Hamid, al-Qadli Abu Ya’la (murid Abu Abdillah bin Hamid), dan Ibn az Zaghuni. Mereka semua telah menulis kitab-kitab yang telah merusak madzhab Hanbali, bahkan karena itu aku melihat mereka telah turun ke derajat orang-orang yang sangat awam. Mereka memahami sifat-sifat Allah secara indrawi, misalkan, mereka mendapati teks hadits “Innallah Khalaqa Adam ‘Ala Shuratih”, lalu mereka menetapkan adanya “Shurah” (bentuk) bagi Allah. Lalu mereka juga menambahkan “al-Wajh” (muka) bagi Dzat Allah, dua mata, mulut, bibir, gusi, sinar bagi wajah-Nya, dua tangan, jari-jari, telapak tangan, jari kelingking, jari jempol, dada, paha, dua betis, dua kaki, sementara tentang kepala mereka berkata: “Kami tidak pernah mendengar berita bahwa Allah memiliki kepala”, mereka juga mengatakan bahwa Allah dapat menyentuh dan dapat disentuh, dan seorang hamba bisa mendekat kepada Dzat-Nya secara indrawi, sebagian mereka bahkan berkata: “Dia (Allah) bernafas”. Lalu -dan ini yang menyesakkan- mereka mengelabui orang-orang awam dengan berkata: “Itu semua tidak seperti yang dibayangkan dalam akal pikiran”. (Daf’u Syubah at Tasybih Bi Akaff at-Tanzih, h. 7-8)
Kemudian dalam nasehatnya kepada para pengikut madzhab Hanbali; al Hafizh Ibn al Jawzi menuliskan:
Janganlah kalian memasukan ajaran-ajaran aneh ke dalam madzhab orang salaf yang saleh ini (Ahmad bin Hanbal); yang nyata-nyata itu bukan dari ajarannya. Kalian telah menutupi madzhab ini dengan bungkus yang buruk, hingga tidak disebut siapapun seorang yang bermadzhab Hanbali kecuali ia dianggap sebagai Mujassim (berkeyakinan sesat bahwa Allah sebagai benda). Selain itu kalian juga telah merusak madzhab ini dengan sikap fanatik terhadap Yazid bin Mu’awiyah. Padahal kalian tahu sendiri bahwa Imam Ahmad bin Hanbal, perintis madzhab ini membolehkan melaknat Yazid. Bahkan Syekh Abu Muhammad at Tamimi sampai berkata tentang salah seorang imam kalian (yaitu Abu Ya’la al-Mujassim): “Dia (Abu Ya’la) telah menodai madzhab ini dengan noda yang sangat buruk, yang noda tersebut tidak akan bisa dibersihkan hingga hari kiamat”. (Daf’u Syubah at Tasybih Bi Akaff at-Tanzih, h. 10)
Imam Abu Muhammad at Tamimiy berkata:
“Abu Ya’la telah mengotori orang-orang Madzhab Hanbali (al Hanabilah) dengan kotoran yang tidak bisa dibersihkan dengan air lautan sekalipun”. (diriwayatkan oleh Ibn al Atsir dalam al Kamil Fi at Tarikh).
Waspadalah.... waspadalah... !!!!!
Tiada ulasan:
Catat Ulasan