Berjabat Tangan Setelah Sholat itu Bukan Bid’ah Sesat yang Masuk Neraka

 

Ada lagi orang yg menuding berjabat-tangan usai sholat itu bid’ah, sesat, masuk neraka. Kalau berjabat-tangan itu haram, mungkin mereka benar. Tapi berjabat-tangan itu selain ADAB SOPAN SANTUN juga sunnah Nabi:
Dari Abul Khaththab yaitu Qatadah, katanya: “Saya berkata kepada Anas r.a.: “Adakah cara saling berjabatan tangan itu di kalangan para sahabatnya Rasulullah s.a.w. itu?” Anas menjawab: “Ya, ada.” (Riwayat Bukhari)
Dari Anas r.a., katanya; “Ketika ahli Yaman datang, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Orang-orang Yaman sudah datang padamu semua dan mereka itulah pertama-tama orang yang datang dengan melakukan berjabatan tangan.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dari al-Bara’ r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada dua orang Muslimpun yang bertemu lalu keduanya berjabatan tangan, melainkan keduanya itu diampuni dosanya oleh Allah sebelum keduanya itu berpisah.” (Riwayat Abu Dawud)
Dari Shafwan bin ‘Assal r.a., katanya: “Ada seorang Yahudi berkata kepada sahabatnya: “Marilah bersama kami pergi ketempat Nabi ini,” yang dimaksudkan ialah Nabi Muhammad s.a.w. Keduanya mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu menanyakan perihal sembilan ayat-ayat yang terang.” Shafwan seterusnya menguraikan hadits ini sampai ucapannya: “Lalu orang-orang -yakni dua orang Yahudi serta para hadirin yang ada di situ- sama mencium tangan dan kaki beliau s.a.w. dan keduanya berkata: “Kita semua menyaksikan bahwa Anda adalah seorang Nabi.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dengan isnad-isnad shahih.
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, ia menyebutkan sesuatu cerita yang di dalamnya ia mengatakan: “Lalu kita semua mendekat kepada Nabi s.a.w. kemudian kita mencium tangan beliau itu.” (Riwayat Abu Dawud)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Zaid bin Haritsah datang di Madinah dan beliau s.a.w. sedang ada dalam rumahku. Zaid mendatanginya lalu mengetuk pintu, kemudian Nabi s.a.w. berdiri untuk menyambutnya -karena Zaid baru datang dari berpergian- lalu beliau s.a.w. menarik bajunya terus merangkul serta menciumnya.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Zar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau menghinakan -meremehkan- sesuatu dari perbuatan baik sekalipun jikalau engkau sewaktu bertemu dengan saudaramu itu lalu menunjukkan muka yang manis berseri-seri.” (Riwayat Muslim)
Dari hadits2 Nabi di atas jelas berjabat-tangan itu sunnah Nabi. Kalau ada yg bilang bid’ah, mungkin dia belum baca hadits2 di atas.
Jika kta belajar ilmu fiqih, insya Allah kita paham bahwa sholat itu dimulai dgn Takbirotul Ihram dan diakhiri dgn salam. Artiny setelah Takbirotul IHRAM, haram melakukan gerakan dan ucapan di luar sholat. Kalau ada, batal sholatnya. Setelah Salam, sholat pun berakhir. Kita bebas melakukan apa saja. Mau ke kamar kecil boleh, berjabat tangan juga boleh. Tak semua yg tidak pernah dilakukan Nabi itu bid’ah sesat dan masuk neraka. Contohnya saat sebelum sholat jum’at pengurus masjid/imam mengumumkan ke jema’ah agar mematikan HP, meski Nabi tak pernah melakukan itu, tidak berarti pengurus masjid/imam tsb melakukan bid’ah sesat dan masuk neraka

1 ulasan:

  1. Assalamualikum

    Saya setuju dengan apa yang dinyatakan oleh Ustaz. Cuma kita juga perlu menghormati pandangan orang lain. Masalah berjabat tangan selepas sembahyang dianggap bidaah oleh sebahagian ulama salafi juga merupakan pandangan yang perlu dihormati kerana mereka beranggapan sebahagian orang mengaitkannya dengan ibadat sembahyang dan perlu diamalkan setiapkali selepas sembahyang.

    Itu sahaja pandangan mereka. Yang perlu kita tegur ialah sifat keterlaluan. Jika ada yang menyatakan amalan bersalam selepas sembahyang adalah bidaah dan masuk neraka itu adalah keterlaluan. Adapaun menyatakan sesuatu amalan itu bidaah dengan hujjah maka ia perlu dihormati, samaada kita bersetuju atau tidak terpulang kepada kita kerana kita tidak mampu menafikan ilmu orang lain.

    Sebahagian orang amat sensitif mendengar perkataan bidaah. Sedangkan perkataan ini sarat dalam kitab tokoh-tokoh mujtahid. Memadailah saya utarakan kata-kata Imam Nawawi dalam kitab al Azkar dalam bab puasa, " Merupakan bidaah yang ditentang ialah seorang Imam memabaca Surah al Anaam dalam satu rakaat pada semabahyang terawikh'.

    Oleh itu yang perlu kita nasihati ialah keterlaluaan memberi pandangan contohnya baca yassin adalah bidaah, baca yassin masuk neraka. Ini adalah keterlaluan dan bukan amalan para ulama mujtahid. Ada pun menyatakan sesuatu itu adalah bidaah, merupakan perkara biasa yang kita boleh temui dalam kitab-kitab para ulama kita.

    Mohon maaf semoga kita semua di beri hidayah oleh Allah swt.

    BalasPadam