“SAYA bertanya kepada mereka apakah mereka ingin kembali ke negara asal mereka, dan mereka semua menolak,” tutur Hilmi Bakar, seorang Aceh. Seorang relawan Palang Merah Indonesia pun memiliki pengalaman senada. Kepadanya, para pengungsi Rohingya menyatakan bahwa mereka lebih suka mati di Indonesia ketimbang kembali ke tempat di mana mereka selalu didiskriminasi dan disiksa. “Beberapa dari mereka menangis dan meminta untuk tinggal di Indonesia. Kembali ke negara mereka sendiri membuat mereka merasa sangat tidak aman,” katanya. #saverohingya
Tin Soe, editor Kaladan Press Network sebuah kelompok berita Rohingya yang berbasis di Bangladesh, mengatakan bahwa para pengungsi ini sudah dicabut hak dasar hidupnya oleh pemerintah Myanmar. “Mereka telah kehilangan hak, mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan di pemerintahan, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan, mereka tidak bisa bergerak, mereka tidak bisa melakukan apa-apa,” katanya. “Jadi mereka pergi ke Bangladesh atau Malaysia untuk bertahan hidup.” #saverohingya
Menurut Amy Smith dari Right Fortify terdamparnya kapal para pengungsi ini menunjukan kurangnya respon dan kemauan politik untuk melindungi pengungsi Rohingya dan korban trafficking. “Pemerintah daerah setempat harus segera bertindak sebab musim angin muson semakin dekat dan perjalanan laut akan sangat berbahaya,” demikian Smith. #saverohingya
Sesepuh nelayan Serambi Mekkah, Kapten Yahya Hanafiah, telah meminta armadanya untuk membawa para migran Bangladesh dan Rohingya. “Kami meminta nelayan di Aceh untuk menyelamatkan mereka demi kemanusiaan. Kehidupan ini terus berputar, tidak ada yang tahu kapan kita akan kembali membutuhkan bantuan dari orang lain seperti kejadian tsunami Aceh dulu,” kata Hanafiah. Tabik kapten! #saverohingya [irah/islampos]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan