1. Bangkok
Pada tahun 2100, Bangkok dijangkakan menjadi Atlantis kedua. Ibukota Thailand tersebut tenggelam disebabkan beberapa faktor, antara lain perubahan iklim kerana kesan rumah kaca, naiknya permukaan air laut, hakisan pantai, dan pergeseran tanah.
Janggkaan tersebut dikemukakan oleh Pusat Peringatan Bencana Nasional Thailand Smith Dharmasaroja. Oleh sejumlah pihak, jangkaan Smith ditanggap sangat serius. Sebelum ini dia sudah meramalkan adanya Tsunami di sekitar Samudera Hindia pada tahun 2004.
Selain itu, letak yang berada 1,5 meter di bawah permukaan laut menyebabkan Bangkok selalu mengalami banjir setiap tahun.
2. Ho Chi Minh City
Salah satu kota di Asia Tenggara yang terancam tenggelam adalah Ho Chi Minh City. Setiap tahun, ketinggian banjir meninggi setinggi 2 sentimeter.
Urbanisasi diyakini sebagai sumbangan besar dalam peningkatan suhu cuaca, turunnya hujan dan bencana banjir dalam dua tahun terakhir.
3. Shanghai
Struktur tanah yang dipenuhi oleh bangunan pencakar langit, menyebabkan permukaan tanah Shanghai menurun setengah inchi setiap tahun.
Keperluan akan bangunan pencakar langit tersebut merupakan imbasan dari melonjaknya populasi penduduk Shanghai. Pada tahun 2001, penduduk kota yang berada di muara Sungai Yangze ini berjumlah 20 juta orang.
4. Mumbai
Pada tahun 2008, Kelompok aktiviti Greenpeace memperkirakan, pada tahun 2100, kota Mumbai akan tenggelam oleh air laut. Naiknya air laut hingga 5 meter disebabkan oleh cairan kutub ais.
Dalam laporan yang berjudul ‘Iklim Migran di Asia Selatan’ Greenpeace Ais kutub cair disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi hingga 4-5 darjah kerana pemanasan global.
5. Jakarta
Selain tempat geografi yang berada di bawah permukaan air laut, keperluan akan air tanah yang tinggi disyaki menjadi salah satu penyebab tenggelamnya daratan Jakarta. Populasi penduduk yang terus meningkat menjadi alasan utama keperluan akan air tanah. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, diperkirakan jumlah penduduk di Ibukota meningkat hingga 40 juta orang.
Pakar hidrologi asal Belanda, JanJaap Brinkman menjelaskan, jika proses penyedutan air yang terus-menerus dilakukan tidak segera dihentikan, di akhir abad, Jakarta akan tenggelam.
“Jika ekstraksi (penyedutan) air tanah tidak segera dihentikan, di penghujung abad, Jakarta akan tenggelam dengan kedalaman lima hingga enam meter”.
sumber:malaysiasensasi
Tiada ulasan:
Catat Ulasan