Seorang
mahasiswa program studi biologi evolusi Universitas Texas, AS, Christian
Rabeling, menemuinya pertama kali di hutan hujan Empresa Brasileira de Pasquisa
Agropecuaria di Manaus, Brazil, tahun 2003. Ia adalah satu-satunya koloni semut
yang hidup di bekas pohon yang membusuk di dalam tanah.
Maka,
pantas kalau penemunya memberi nama Martialis heureka yang ertinya semut dari
Mars saking unik dan anehnya. Semut tersebut tak lagi menggunakan indera
penglihatan dan tak memerlukan pigmen atau pewarna tubuh karena telah
beradaptasi dengan lingkungan yang gelap gelita. Sebagai gantinya, ia memiliki
tubuh memanjang dan capit yang panjang yang diduga untuk meraba dan menangkap
mangsa.
Martialis heureka tidak hanya tercatat sebagai spesies
baru, tapi juga membentuk kumpulan genus tersendiri, bahkan subfamili baru.
Subfamili terkini ditemui pada tahun 1967. Saat ini semut terbagi dalam 21
subfamili.
Sampel
DNA yang diambil dari kakinya menunjukkan bahawa semut dari Mars menempati
pangkal pohon evolusi semut. Dari sifat genetikanya, semut diperkirakan mulai
muncul sejak 120 juta tahun lalu dari nenek moyang yang sama dengan tawon. Para
ilmuwan meyakini semut segera tersebar ke dalam habitat yang berbeza-beza, di
tanah, dedaunan, dan sebagainya.
"Penemuan ini menyokong pendapat bahawa semut predator
yang buta dan hidup di dalam tanah muncul di awal evolusi," ujar Rabeling. Meski
demikian, hal tersebut bukan bererti nenek moyang semut buta dan hidup di tanah.
Namun, saat mulai berevolusi, semut telah beradaptasi dengan lingkungan tanah
hutan tropika.
Rabeling mengatakan, Martialis heureka memberi petunjuk
bahawa rahsia evolusi semut mungkin masih tersembunyi di balik hutan hujan
tropika. Penemuan yang dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the National
Academy of Sciences ini juga memberikan maklumat baru untuk mempelajari lebih
mendalam keragaman hayati serangga, khususnya semut.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan