(How the Illuminati is Reordering the Middle East)
Oleh: Richard Evans
Pada bulan Maret 2007, pensiunan Jenderal Wesley Clark mengatakan kepada Amy Goodman bahwa Pentagon sudah mempunyai rencana sejak awal September 2001 untuk menjatuhkan tujuh negara-negara Islam, yaitu Irak, Suriah, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan Iran.
Pada tahun 1997, sekelompok Republikan membentuk sebuah organisasi non-profit yang disebut dengan the Project For A New American Century (PNAC). Dalam laporan resmi (white paper) pertamanya mereka merencanakan untuk Membangun Kembali Pertahanan Amerika, mereka mengusulkan untuk menjatuhkan Saddam Hussein, Irak dan kemudian menata kembali seluruh Timur Tengah. Secara sambil lalu mereka mengakui bahwa bilamana menjual rencana tersebut kepada rakyat Amerika maka akan memakan waktu lama, sarannya adalah "membuat beberapa peristiwa rekayasa katalisasi bencana seperti Pearl Harbor baru." (p.51)
Peristiwa 11 September 2001 jelas hanya ada dalam benak mereka.
Pada tahun 2000, Mahkamah Agung Amerika Serikat memilih Bush sebagai Presiden Amerika Serikat ke-43 dan Bush menunggu sampai 11 September 2001 untuk memulai penataan kembali dunia.
Dalam hubungan itu, pada Maret 2007, pensiunan Jenderal Wesley Clark mengatakan kepada Amy Goodman dari program TV Democracy Now bahwa pada awal September 2001, Pentagon sudah punya rencana untuk menjatuhkan tujuh negara-negara Islam, yaitu Irak, Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan dan Iran. Jika Anda belum melihat film pendek di You Tube mengenai keterangan yang disampaikan Jenderal Clark kepada Democracy Now tersebut, sebaiknya Anda nonton sekarang, klik disini.
Pre-planned Attack on Iraq, Syria, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan,Iran
Pada waktu itu, saya skeptis tentang sebuah operasi militer besar Amerika Serikat, karena kita semua tahu bahwa Pemerintahan Bush berbohong kepada kita mengenai Irak dengan cerita-cerita palsu tentang Senjata Pemusnah Massal, yellowcake uranium, laboratorium mobil (mobile) senjata biologi, dll
Pada tahun 2007, Militer Amerika Serikat hanya menduduki Afghanistan dan Irak, jadi saya bertanya kepada diri sendiri, "Bagaimana Gedung Putih memberikan alasan kepada rakyat Amerika mengenai biaya militer yang dibutuhkan untuk menyerang Suriah, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan Iran?"
Pada tahun 2011, jawabannya menjadi jelas. Perang sebenarnya tidak perlu dilakukan terhadap Suriah, Lebanon, Libya, Somalia dan Sudan namun akan digelar secara diam-diam, dirancang sebagai kudeta militer yang tidak ditentukan, dimana Militer Amerika Serikat dan CIA secara bersama-sama mendukung gerakan demokrasi PALSU.
Ingat omong kosong tentang 'Arab Spring' dan revolusi spontan 'Twitter' yang mendukung "kerusuhan sipil" di Mesir, Tunisia dan Libya?
Apakah Amerika Serikat berada di balik perang sipil dan gerakan demokrasi palsu ini? TENTU SAJA!
Ingat pada tahun 2011 ketika Al-Qaeda Libya tidak bisa mengalahkan Angkatan Darat Gaddafi, Amerika Serikat dan NATO memberlakukan No Fly Zone atas Libya dan meluncurkan ratusan rudal jelajah dalam mendukung Al-Qaeda dan pemberontak.
Pada 20 Oktober 2011 Muammar Gaddafi mati dan Libya menjadi ajang peperangan yang tidak menentu, perang yang menghancurkan bangsa Lybia. Tetapi tak seorang pun di Amerika ada yang merasa bersalah sedikit pun terhadap peran Amerika yang telah melakuklan kekejaman di Libya. Kebanyakan orang percaya bahwa peristiwa tersebut merupakan revolusi demokratis yang spontan. Tidak ada yang ingat mengenai rencana PNAC untuk menata kembali Timur Tengah?
Kekuatan Perlawanan Gaddafi Membunuh Duta Besar Amerika
Pada bulan lalu di Libya, kami kehilangan seorang Duta Bersar, yaitu Steven yang terbunuh dalam serangan oleh Kekuatan Perlawanan Gaddafi terhadap Konsulat Amerika Serikat di Benghazi. Pers menginginkan agar kita berpikir bahwa Amerika Serikat membawa "kebebasan dan demokrasi" ke Libya, bukan kekacauan dan kematian. Mereka ingin agar kita percaya bahwa tidak ada Perlawanan Hijau - Green Resistance kepada NATO atau sekutu Al-Qaeda di Benghazi, akan tetapi semua orang di Libya tahu mengenai Perlawanan Hijau - Green Resistance, yang anggotanya disebut "Tahloob" (bahasa Arab untuk "loyalis Gaddafi").
Pada kenyataannya, Perlawanan Hijau - the Green Resistance telah menghancurkan Konsulat Amerika Serikat di Benghazi tanggal 11 September 2012. Mereka semakin aktif tidak lama setelah terjadi pembunuhan terhadap Muammar Gaddafi pada bulan Oktober 2011. Mereka menyerang setiap sasaran NATO yang mereka bisa, dan mereka mengeksekusi orang-orang penting Libya yang mengkhianati Gaddafi dan memihak NATO. Insiden Benghazi hanyalah merupakan pukulan terbaru mereka terhadap apa yang mereka lihat sebagai pendudukan ilegal NATO di negara mereka.
Di Mesir, Presiden Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin radikal menggantikan Hosni Mubarak yang moderat, namun kerusuhan sipil di Mesir terus berlanjut. Sementara Romney menggugat Obama mengenai perlindungan administrasi Obama terhadap Konsulat Amerika Serikat di Bengazi tentang apakah Pemerintahan Obama bersalah karena meninggalkan dengan rentan Gedung Konsulat Amerika di Benghazi, TIDAK ADA DISKUSI SERIUS TENTANG APAKAH MILITER AMERIKA SERIKAT HARUS MENDUKUNG REVOLUSI-REVOLUSI PALSU DENGAN PRIORITAS UTAMA.
Mengobarkan Perang Tanpa Persetujuan
Apa yang lebih mengganggu adalah tindakan Kongres Amerika Serikat yang menghindar dari kewajiban konstitusional untuk menyatakan perang, juga pers mengabaikan kesalahan Kongres. Sebenarnya CIA tidak harus memutuskan apakah perang atau tidak. Kongres Amerika Serikat harus melaksanakan debat dan kemudian memutuskan, sehingga Kongres dapat bertanggung jawab kepada rakyat Amerika sampai tibanya waktu pemilihan umum.
Ada perdebatan Konstitusi di Amerika mengenai apakah Obama melakukan pelanggaran terhadap the War Power Act dalam kaitannya dengan peristiwa Libya, TAPI MEDIA Mengabaikan PELANGGARAN INI.
"Tanggal 20 Mei 2011, merupakan hari ke-60 bagi Amerika Serikat bertempur di Libya (sebagai bagian dari pelaksanaan resolusi PBB), tetapi sampai tiba batas waktunya Presiden Obama tidak meminta izin khusus dari Kongres Amerika Serikat. Namun Presiden Obama memberitahukan bahwa tidak diperlukan otorisasi dari Kongres karena kepemimpinan (militer) Amerika Serikat dipindahkan ke NATO, dan karena keterlibatan Amerika Serikat agak terbatas. Pada hari Jumat 3 Juni 2011, DPR AS - US House of Representatives melakukan veto sebagai teguran kepada Presiden Obama karena mempertahankan kehadiran (militer) Amerika dalam operasi NATO di Libya, yang mereka anggap sebagai pelanggaran terhadap the War Powers Resolution. http://en.wikipedia.org/wiki/War_Powers_Resolution
Jadi bagaimana kemajuan upaya menata ulang Timur Tengah? Pada hari Jumat 19 Oktober, 2012, sebuah bom mobil besar meledak di daerah sekitar Beirut Kristen, menewaskan Kepala Keamanan Libanon, Jenderal Wissam al-Hassan bersama dengan tujuh orang dan melukai delapan puluh orang lainnya atau lebih.
Dua hari setelah kejadian itu, sebuah bom mobil yang sama merobek Kota Tua Kristen Damaskus. Dua hari kemudian, Selasa 23 Oktober 2012 tiga buah mobil bom meledak di Baghdad menewaskan sembilan orang dan melukai 26 orang.
Jika ada yang serius bertanya-tanya SIAPA YANG AKAN MELAKUKAN HAL YANG SANGAT KEJAM TERSEBUT ? - Mereka harus mengingat kembali mengenai rencana PNAC dan ungkapan Wesley Clark kepada Amy Goodman.
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
Sumber: Henry Makow Ph.D
Tiada ulasan:
Catat Ulasan