YANG MASIH PANAS...

Bolehkah Wanita Berjual-beli Setelah Azan Jum’at?

perempuan_jual beli_jumat_islampos

Oleh: Ustadz Anshari Taslim

Sebagaimana diketahui ada larangan berjual beli ketika azan Jum’at dikumandangkan sampai selesai shalat dalam firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

(Qs. Al-Jumu’ah : 9)

Akan tetapi mayoritas ulama kalau tidak bisa dikatakan semua ulama madzhab sepakat bahwa larangan tersebut hanya berlaku pada mereka yang terkena kewajiban shalat Jum’at. Sementara mereka yang tidak kena kewajiban shalat Jum’at dan dibolehkan shalat Zuhur di rumah maka tidak terkena larangan tersebut.

Dalam kitab Al-Mausu’ah AL-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah jilid 9 hal. 225-226 disebutkan,

“Larangan yang mengakibatkan hukum haram atau makruh ini terikat dengan beberapa syarat:

1. Mereka yang terlibat jual beli adalah yang wajib melaksanakan shalat Jum’at. Artinya, jual beli tidak diharamkan bagi orang wanita, anak kecil. Bahkan madzhab Hanafi menegaskan bahwa larangan ini tidak berlaku bagi yang tidak wajib melaksanakan shalat Jum’at. Meski demikian Ibnu Abi Musa –dari kalangan Hanabilah – telah mengatakan ada dua riwayat tentang orang yang tidak kena kewajiban Jum’at. Tapi berdasarkan pendapat yang benar di kalangan mereka (madzhab Hanbali) bahwa pengharaman itu berlaku khusus untuk mereka yang terkena kewajiban melaksanakan shalat Jum’at. Itu karena Allah Ta’ala hanya melarang jual beli dengan perintahnya untuk bersegera menghadiri. Sehingga mereka yang tidak diperintahkan untuk menghadiri tidak terkena larangan tersebut. Sebab, larangan jual beli mempunyai sebab yaitu adanya kesibukan yang melupakan orang dari Jum’at dan ini tidak terdapat pada diri mereka yang tidak wajib itu.

2. Orang yang sibuk dalam urusan jual beli itu adalah orang yang tahu akan larangan tersebut sebagaimana ditegaskan dalam oleh Syafi’iyyah.

3. Tidak adanya keadaan darurat untuk melakukan jual beli seperti orang yang terpaksa harus melakukannya demi makan, atau membeli kain kafan mayat yang dikhawatirkan kondisinya berubah kalau diperlambat. Kalau ada keadaan darurat maka tidak ada keharaman (bertransaksi) meski dia harus ketinggalan Jum’at sebagaimana yang dinashkan oleh Al-Jamal dari kalangan ulama Syafi’iyyah.

4. Jual beli yang terlarang itu dilakukan setelah dikumandangkannya azan khutbah –sebagaimana ungkapan jumhur- atau bertepatan dengannya –sebagaimana ungkapan ulama Malikiyyah pula. Akan tetapi madzhab Hanafi tidak mengemukakan syarat ini kecuali bahwa itu dilakukan setelah azan tergelincirnya matahari.

Penegasan para ulama:

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata dalam kitab Al-Umm jilid 1 hal. 224 (cetakan Darul Ma’rifah tahun 1990):

وَإِذَا تَبَايَعَ مَنْ لَا جُمُعَةَ عَلَيْهِ فِي الْوَقْتِ الْمَنْهِيِّ فِيهِ عَنْ الْبَيْعِ لَمْ أَكْرَهْ الْبَيْعَ؛ لِأَنَّهُ لَا جُمُعَةَ عَلَيْهِمَا، وَإِنَّمَا الْمَنْهِيُّ عَنْ الْبَيْعِ الْمَأْمُورُ بِإِتْيَانِ الْجُمُعَةِ

“Apabila orang yang tidak punya kewajiban shalat Jum’at melakukan transaksi jual beli pada waktu terlarang maka aku tidak membencinya, karena tidak ada kewajiban Jum’at atas diri mereka berdua. Larangan jual beli itu hanyalah disertakan dengan perintah untuk mendatangi Jum’at.”

Ibnu Qudamah mengatakan dalam kitab Al-Mughni :

وَتَحْرِيمُ الْبَيْعِ، وَوُجُوبُ السَّعْيِ، يَخْتَصُّ بِالْمُخَاطَبِينَ بِالْجُمُعَةِ، فَأَمَّا غَيْرُهُمْ مِنْ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ وَالْمُسَافِرِينَ، فَلَا يَثْبُتُ فِي حَقِّهِ ذَلِكَ. وَذَكَرَ ابْنُ أَبِي مُوسَى فِي غَيْرِ الْمُخَاطَبِينَ رِوَايَتَيْنِ. وَالصَّحِيحُ مَا ذَكَرْنَا ; فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى إنَّمَا نَهَى عَنْ الْبَيْعِ مَنْ أَمَرَهُ بِالسَّعْيِ، فَغَيْرُ الْمُخَاطَبِ بِالسَّعْيِ لَا يَتَنَاوَلُهُ النَّهْيُ، وَلِأَنَّ تَحْرِيمَ الْبَيْعِ مُعَلَّلٌ بِمَا يَحْصُلُ بِهِ مِنْ الِاشْتِغَالِ عَنْ الْجُمُعَةِ، وَهَذَا مَعْدُومٌ فِي حَقِّهِمْ.

فَإِنْ كَانَ الْمُسَافِرُ فِي غَيْرِ الْمِصْرِ، أَوْ كَانَ إنْسَانًا مُقِيمًا بِقَرْيَةٍ لَا جُمُعَةَ عَلَى أَهْلِهَا، لَمْ يَحْرُمْ الْبَيْعُ قَوْلًا وَاحِدًا، وَلَمْ يُكْرَهْ.

“Pengharaman jual beli dan wajibnya berangkat (menuju shalat) hanya dikhususkan kepada mereka yang terkena kewajiban Jum’at. Sedangkan yang tidak seperti wanita, anak-anak dan musafir maka tidak ada kewajiban itu atas diri mereka. Ibnu Abi Musa menyebutkan adanya dua riwayat tentang orang yang tidak terkena kewajiban Jum’at. Tapi yang benar adalah seperti yang kami sebutkan, karena Allah Ta’ala hanya melarang jual beli disertai perintah untuk menuju shalat, maka mereka yang tidak diperintahkan untuk menuju shalat tidak terkena larangan tersebut. Juga karena larangan jual beli itu disebabkan adanya kesibukan yang melalaikan dari Jum’at dan itu tidak terjadi pada mereka (yang tidak wajib shalat Jum’at –penerj).

Kalau ada seorang musafir yang kebetulan berada di luar pemukiman (padang pasir, lautan dan sebagainya –penerj) atau orang yang mukim di sebuah perkampungan yang tidak diwajibkan shalat Jum’at kepada penduduknya maka itu tidak diharamkan berdasarkan semua pendapat dan tidak pula dimakruhkan.”

Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya,

ومن لا يجب عليه حضور الجمعة فلا ينهى عن البيع والشراء.

“Siapa yang tidak berkewajiban menghadiri Jum’at maka tidak dilarang melakukan jual beli.”

Demikianlah pendapat para ulama mengenai jual beli yang dilakukan oleh mereka yang tidak terkena kewajiban Jum’at seperti wanita, anak-anak atau orang kafir, atau musafir yang tidak boleh melaksanakan shalat Jum’at karena ketiadaan masjid, misalnya ketika mereka di atas kapal. Mereka semua sah dan halal melakukan jual beli.

Yang jadi persoalan adalah kalau salah satu dari keduanya wajib Jum’at dan satu lagi tidak. Misalnya wanita muslimah dengan lelaki muslim. Maka pendapat yang paling kuat keduanya berdosa, yang wajib Jum’at berdosa karena telah melanggar larangan jual beli, sedangkan yang tidak wajib berdosa karena telah membantu orang lain melakukan dosa, padahal Allah telah berfirman,

وَلاَ تَعَاوَنوْا عَلَى الإِثْمِ والعُدْوَانِ

“Dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan…..”

(Qs. Al-Maidah : 2).

Lalu apakah jual beli yang terlarang ini bila dilakukan oleh yang wajib Jum’at menjadi batal atau hanya berdosa tapi tidak batal? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini yang mungkin ada baiknya dibahas terpisah dari sini.

Demikian sekilas yang dapat kami paparkan semoga ada manfaatnya terutama sebagai pedoman bagi pedagang muslim yang ingin konsekuen menjalankan ajaran agama dalam bisnisnya.

Semoga Allah mengampuni bila ada kesalahan paparan kami karena yang benar hanya dari Allah dan yang salah adalah kelalaian manusia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

SAMPAIKAN WALAU SATU AYAT

Sila gunakan browser firefox untuk melayari blog ini dengan sempurna. terima kasih


Assalamualaikum.. bismillahirahmanirahim.

" Segala bahan didalam blog ini di ambil, di olah dan ditulis dari pelbagai sumber. Kepada yang ingin mengambil apa2 jua bahan dalam blog ini dengan niat untuk mengembangsebarkan ilmu, tidak perlu meminta izin atau menyertakan link blog ini. Sebarkan dan panjangkanlah kepada semua demi kebaikkan ummah. Semoga info yang ada dapat memberi manfaat walaupun sedikit cuma, dan semoga dengan usaha sekecil ini pastinya tidak akan terlepas dari pandangan Allah.. insyaAllah.. Jika ada kesilapan dari setiap posting, tolong berikan nasihat dan komen. Maaf andai terlancar bahasa tersasar kata-kata. Saya hanya insan biasa yang tidak sunyi dari kesilapan. wallahualam."

PERHATIAN!!! BLOG INI TIDAK MEWAKILI MANA-MANA PARTI , NGO DAN SEBAGAINYA. SEGALA TULISAN DI ISI MENGIKUT CITARASA HAMBA SENDIRI DAN HAMBA TIDAK BERTANGGUNGJAWAB ATAS KESELAMATAN DAN KERUGIAN PEMBACA DISEBABKAN BLOG INI..... SEKIAN

PERHATIAN !!!!!!

Sebarang artikle yang termaktub di dalam blog ini tidak semestinya menunjukkan sikap pengendali blog ini. Ambillah yang berfaedah dan tinggalkanlah yang sia - sia........

MENGAPA AKU BERKATA SYIAH RAFIDAH KAFIR ?

Sesungguhnya Allah telah memilih sahabat-sahabat untuk ku, Dia menjadikan mereka sebagai sahabat-sahabatku, mertua-mertuaku dan menantu-menantuku. Nanti akan muncul satu golongan selepas aku akan memburuk-buruk dan memaki hamun mereka.Sekiranya kamu menemui mereka, janganlah kamu mengahwini mereka, janganlah kamu makan dan minum bersama mereka, janganlah kamu berjemaah bersama mereka dan jangan kamu menyembahyangkan jenazah mereka. [Ali al-Muttaqi, Kanz al-‘Ummal, jil 11, m.s : 540 ]

Sabda Rasulullah S.A.W:

Sabda Rasulullah S.A.W:“Tahukah kamu siapakah orang yang muflis?” Jawab mereka: “Orang yang muflis dalam kalangan kami ialah sesiapa yang tiada dirham dan tiada harta”. Sabda baginda: “Orang yang muflis dalam umatku ialah sesiapa yang datang pada Hari Kiamat nanti bersama solat, puasa, zakat, juga dia pernah memaki seseorang, menuduh seseorang, memakan harta seseorang, menumpah darah seseorang dan memukul seseorang. Lalu diberikan kepada orang ini dan itu pahalanya. Jika pahala-pahalanya habis sebelum sempat dilangsaikan kesalahannya, maka diambil dosa-dosa mereka dicampakkan ke atasnya lantas dicampakkan dia ke dalam neraka” (Riwayat Muslim).



Al - Hadis

DARIPADA Abu Said katanya:
Aku mendengar Rasulullah (s.a.w.) bersabda: siapa yang melihat (dan tahu) sebarang kemungkaran, maka hendaklah diubahkannya dengan tangannya (kuasanya), kalau tidak berkuasa, maka (ubahlah) dengan lidahnya, dan kalau tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman (HR Muslim).

KUTIPAN DANA BAGI PEMBANGUNAN SRIBU

KUTIPAN DANA BAGI PEMBANGUNAN SRIBU
Hadis nabi saw : apabila matinya anak adam maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga... yaitu sadhoqah jariah , ilmu yang memberi manfaat dengannya , doa anak yang soleh.

WAKTU SOLAT


Membangun Bersama Islam

Kisah Sahabat

About Me

Blog Archive


Banner Tukar Link
SPEEDCOUNTER.NET - Kostenloser Counter!

"tegakkanlah islam dalam dirimu,nescaya kamu akan melihat islam tertegak di tanah airmu" - Imam As-Syahid Hassan Al-Banna (Pengasas&Mursyidul Am Pertama Ikhwanul Muslimin)

berwaspada dari fitnah moden

berwaspada dari fitnah moden

Tok guru Nik Aziz

Tok guru Nik Aziz

Tok guru Haji saleh

Tok guru Haji saleh

Recent Comments

Footer 2

Photobucket

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translate